3 fakta eldest daughter syndrome menurut studi ini menarik untuk kita ketahui. Apakah di antara kalian ada yang merupakan kakak perempuan tertua? Urutan kelahiran merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Hal ini menjadi dasar bagi istilah yang sempat viral di TikTok, yaitu “Eldest Daughter Syndrome”.
Anak perempuan tertua seringkali merasakan tanggung jawab ekstra dan kesadaran akan peran mereka yang lebih besar, yang dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian mereka. Fenomena ini juga didukung oleh hasil studi dari University of California. Berikut ini penjelasan.
3 Fakta Eldest Daughter Syndrome Menurut Studi
Apa Itu Eldest Daughter Syndrome?
Dalam psikologi, Eldest Daughter Syndrome bukanlah istilah klinis yang digunakan. Namun banyaknya kesamaan antar satu anak perempuan tertua dengan lainnya menjadikan fenomena ini dirangkum oleh mereka dengan istilah lebih kekinian di media sosial. Sanam Hafeez, PsyD, seorang neuropsikolog asal New York, mengatakan kepada situs Parents bahwa Eldest Daughter Syndrome adalah istilah yang digunakan mereka untuk mendeskripsikan beban emosional yang mereka bawa dalam keluarga.
Lebih Cepat Dewasa
Lebih lanjut tertulis pada laman Huffpost di mana studi yang tim Los Angeles lakukan menemukan anak perempuan tertua bersikap dewasa lebih cepat. Sehingga mereka membantu ibunya untuk merawat adik-adiknya. Berdasarkan studi, hal tersebut lantaran adanya adanya korelasi antara prenatal stress yang sang ibu alami dengan kedewasaan anak.
Berpeluang Besar Sukses
Sebuah penelitian lainnya yang tahun 2014 lakukan menemukan bahwa anak perempuan tertua berpeluang besar untuk capai kesuksesan dari adik-adiknya. Baik dari segi akademik maupun profesional. Hal ini karena sifat lahiriah yang mereka miliki. Walaupun terkenal bossy dan serba tahu, mereka juga paling ambisius di antara saudara-saudaranya.
Kemungkinan Jadi Pemimpin Lebih Besar
Oleh karena kepribadiannya yang terbentuk dari ranah keluarga itu pula, anak sulung perempuan juga punya peluang lebih besar mengisi jabatan pemimpin. Hal ini juga penelitian tahun 2012 terjelaskan dalam Psychology Today. Psikolog Alan E. Stewart dari University of Georgia menyebutkan kemungkinan ini karena sifat mereka yang taat aturan, menyukai keteraturan, dan gigih mencapai gol.
