Kamis, 27 Maret 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Jatuh Bangun Pedagang di Mall Blok M

Pusat perbelanjaan Blok M pernah menjadi tempat hits. Pedagang terkenal dari wilayah itu sekarang berusaha untuk bertahan di tengah pergeseran zaman. Di lokasi ini terletak Mal Blok M, yang dulunya dikenal sebagai satu-satunya “Mal Bawah Tanah”. Tidak mengherankan, kawasan ini menjadi pusat perhatian para muda di tahun 90-an.

Lokasi pusat perbelanjaan ini sebenarnya sangat strategis karena berada di dekat Terminal Blok M di Jakarta Selatan. Selain itu, Stasiun MRT Blok M membuat perjalanan lebih mudah.

Ada banyak toko buku, penjahit, penjual obat dan alat kesehatan, serta jasa percetakan di lantai basement. Namun, lantai basement hanya menampung 20 orang. Tampak bahwa beberapa penjual sedang sibuk mengemas buku-buku yang dipesan pelanggan.

Jika Anda pergi ke lantai dasar atau di tanah, Anda akan menemukan banyak barang teknik, pakaian, dan bahkan sayur dan buah-buahan. Karena para penjual tampaknya sedang bermain ponsel imbas, aktivitas di lantai ini tidak terlalu ramai.

Itu juga sama dengan hiruk pikuk di lantai atas. Tampak bahwa penjual emas, perhiasan, dan optik tidak melakukan transaksi apa pun. Ketika derap langkah pengunjung terdengar, wajar jika suara mereka tiba-tiba bergelegar.

Pedagang di lantai ini merayu pembeli untuk mampir dengan berkata, “Silakan Kak, boleh dilihat-lihat dulu. Tanya-tanya dulu bisa.”

Penjual di lantai 1 hingga 7—seperti Lela, penjual perangkat elektronik dan elektronik di lantai 3A, misalnya—menyatakan harapan yang sama.

Saat beramah tamah menyambut calon pembeli, kaki Lela menopang tubuh tegapnya. Ketika dia menjajakan barang dagangannya, dia seperti seorang ahli yang memahami semua tentang perangkat tersebut.

Namun, di balik semangat 45 Lela, ia tetap sedih tentang kelangkaan Blok M Square. Selain itu, wanita berjilbab ini mengaku telah berjualan di mal ini selama beberapa tahun. Sayang, pandemi COVID-19 telah mengurangi kegembiraan Blok M Square. Mela menyatakan bahwa banyak rekan sejawatnya terpaksa berhenti bekerja, bahkan sampai gulung tikar.

“Kalau sebelum covid-19, biasanya penjualan kami banyak. Misal per hari itu bisa kejual ribuan barang, mulai dari casing HP, powerbank, earphone, banyak deh. Sekarang nembus ratusan saja susah,” keluhnya.

Meskipun penjualan menurun, Lela bersyukur bahwa masih ada beberapa langganan yang setia yang tetap datang ke tokonya. Sebaliknya, ia berduka karena banyak rekan sejawatnya yang pergi selepas pandemi COVID-19 reda.

Menurutnya, ada beberapa pelanggan yang tetap percaya pada tradisi lama dengan mengunjungi toko fisik, yang membantu penjualan produk di tokonya.

Farhan, selaku penjaja pakaian muslim, mengaku saat-saat ini adalah momen terberat dalam 7 tahun perjalanan bisnisnya di Blok M Square.
“Dulu orang tua yang pegang, sekarang saya. Saya sekarang generasi kedua hitungannya. Sepi banget sekarang, beda sama dulu. Ini gara-gara covid-19, banyak toko yang tutup juga,” tutur Farhan.

Ia menyatakan bahwa suasana di Blok M Square sangat berbeda sekarang. Banyak rekan sejawatnya telah meninggal, baik sebelum munculnya COVID-19.

Farhan menganggap kehadiran online tokonya memengaruhi penjualan tokonya. Menurutnya, karena konsumen cukup “bermain jari” ketika mereka ingin berbelanja, mereka tidak lagi ingin mengunjungi toko secara langsung.

Padahal, toko online hanya melakukan transaksi sederhana. Mereka mengirimkan gambar ini sebagai salah satu yang paling indah; namun, ketika barang tiba, mungkin tidak sesuai dengan gambar. “Istilahnya seperti tipuan kamera,” keluhnya.

Keluhan Lela dan Farhan memang benar adanya. Sepanjang mata memandang, pasti ada toko yang tutup di setiap lantai. Bahkan, jumlahnya tak lagi terhitung jari tangan.

Pada rolling door toko-toko yang gulung tikar tersebut ditempel secarik kertas bertuliskan ‘Dijual’ atau ‘Disewakan’, lengkap dengan nomor narahubungnya, mencari ‘tuan’ baru.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles