Simsim ‘Si Oren’ sosok gemas penghibur anak-anak di Gaza memang menggemaskan. Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, serangan tanpa henti dari Israel terus menghantam wilayah Palestina. Ribuan warga tak bersalah di Palestina terus menjadi korban, sementara serangan udara dari tentara Israel tidak memberi jeda.
Meskipun dalam kondisi yang sangat tegang, muncul secercah keceriaan melalui kisah seekor kucing berwarna “oren” bernama Simsim. Simsim menjadi penyemangat bagi anak-anak yang berada di tengah konflik tersebut. Tak hanya Simsim, ada dua kucing lain yang tak kalah menggemaskan turut meramaikan suasana. Bagi yang penasaran dengan kisahnya, simak informasi selengkapnya di bawah ini!
Simsim “Si Oren”, Sosok Gemas Penghibur Anak-anak di Gaza
Asal-Usul Simsim dan Dua Kucing Lainnya
Pada gambar di atas, terlihat beberapa anak yang sedang bermain-main dengan Simsim, si kucing oren, nih. Beauties pastinya sudah tidak asing dengan istilah “kucing oren”, kan? Kucing oranye atau biasa disebut dengan kucing oren, kerap dianggap sebagai pembuat onar di antara jenis kucing lainnya. Namun, kali ini sosoknya yang menggemaskan mampu menghibur anak-anak malang yang ada di Palestina. Simsim, Brownie, dan Liza berhasil mengembalikan senyum dan tawa anak-anak.
Melansir dari NDTV, kucing-kucing itu merupakan milik keluarga Harb, yang meninggalkan rumah mereka di daerah al-Zahra untuk melarikan diri dari serangan udara Israel yang meratakan bangunan dan sebagian besar lingkungan lama mereka. Kini, keluarga tersebut tinggal di bawah terpal, tidur di atas tikar tipis yang diletakkan di tanah, dan menghabiskan hari-hari mereka mencari cukup air serta makanan untuk bertahan hidup.
Kucing-kucing ini tidak hanya mengalihkan perhatian pemiliknya dari keadaan yang tidak kondusif, tetapi juga bagi anak-anak pengungsi lainnya yang bergiliran membelai dan menggendongnya di sekitar tempat pengungsian.
“Simsim adalah makhluk hidup yang sama seperti kita, yang juga mengalami penderitaan, memiliki ketakutan seperti kita,” ujar Sara Tamimi (13), salah satu anggota keluarga besar Harb.
Simsim, Brownie, dan Liza Sempat Trauma
Tamimi mengungkapkan bahwa mulanya ketiga kucing tersebut sangat ketakutan hingga tidak ingin keluar dari tasnya saat awal-awal di pengungsian.
“Beberapa saat kemudian, dia mulai membaik. Dia mulai keluar dari gendongannya dan makan, dan menjadi terbiasa seperti kami,” tuturnya.
Riham Harb, bibi Tamimi, menjelaskan bahwa situasi ketika mereka meninggalkan rumah sangat mencekam. Mereka berada di tempat terbuka sepanjang malam, dekat pagar perbatasan dengan Israel, mendengar dan melihat serangan udara yang dilakukan di lingkungan mereka.
“Kucing ini ada di ransel saya yang saya bawa di samping saya dan dia menggigil ketakutan. Bahkan hewan pun tidak luput darinya [dari serangan Israel]. Kami menghabiskan malam yang sulit untuk dilupakan,” ujar Harb.
Cerita Pilu Keluarga Harb Sebelum Datang ke Pengungsian Bersama Kucing-Kucingnya
Setelah melewati malam yang panjang, paginya keluarga Harb mendapati tempat tinggal mereka sudah tinggal puing-puing saja. Mereka pun mencari tempat berkemah di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza.
“Tiba-tiba hidup berubah drastis,” kata Harb.
“Kami tidak mengira akan ada banyak keluarga yang mengungsi, dan semua orang datang ke sini, ke tempat kecil ini, dimana kamar mandinya hampir tidak cukup untuk menampung banyak orang. Sulit bagi kami untuk menemukan tempat di mana kami bisa menawarkan bantuan,” paparnya.
Sebenarnya, keluarga Harb mempunyai satu kucing lagi bernama Caramel, tetapi dia tidak ditemukan saat keluarga tersebut tergesa-gesa meninggalkan rumah mereka.
“Kalau Caramel, saya tidak tahu apakah dia masih hidup atau sudah mati. Saya serahkan pada Tuhan,” ucap Harb.
