Kisah di balik pakaian vikunya ratusan juta Loro Piana ini menarik untuk kita ketahui. Loro Piana telah menjadi salah satu merek yang mendapat manfaat dari tren “quiet luxury” yang sedang naik daun. Contohnya, dalam serial Succession, salah satu pemainnya memakai topi baseball dari merek asal Italia ini, dan sepatu loafers mereka juga menjadi populer.
Sebagai merek mewah yang terkenal akan kualitasnya, Loro Piana juga menawarkan bahan eksklusif dalam produk-produk mereka. Beberapa item fashion terbuat dari serat hewan vicuña, seperti sweater, celana, dan jaket bomber, dengan harga mulai dari sekitar Rp 73 juta hingga mencapai Rp 160 juta.
Loro Piana menggunakan wol vicuña yang berasal dari Pegunungan Andes. Wol vicuña sebagai salah satu kain paling langka dan terbaik di dunia oleh BBC, sehingga harga produknya sangat tinggi. Namun, di balik kemewahan ini, ada cerita tentang komunitas pekerja lokal yang tidak membayar dengan adil. Seperti yang terlapo oleh Bloomberg. Inilah kisah para pekerja yang mencukur bulu vicuña di daerah Lucanas.
Kisah di Balik Pakaian Vikunya Ratusan Juta Loro Piana
Tanah Loro Piana di Lucanas

Berdasarkan laporan Business of Fashion, Loro Piana tercatat membeli 2.000 hektar tanah seharga 160 juta USD di kawasan Lucanas, Peru. Mereka memiliki izin pencukuran vikunya di tanah tersebut. Mereka pun membangun pagar agar di sekitaran wilayah agar tidak ada vikunya yang kabur ataupun dihalau ilegal oleh pihak lain. Pagar tersebut juga didirikan untuk memaksimalkan reproduksi hewan sehingga populasinya bisa bertambah hingga 50% setiap tahunnya.
Pekerja Lokal yang Tidak Membayar Berdasarkan Aturan

Andrea Barrientos menceritakan kepada bagaimana dirinya dan komunitas lokal Lucanas menjadi petani yang mencukur bulu vikunya customer mereka satu-satunya, Loro Piana. Sayangnya, tidak ada benefit berarti bagi komunitas lokal karena mereka hanya menerima sekitar 280 USD untuk jumlah serat yang setara. Jumlah tersebut tentu tidak cukup saat terdapat aturan komunitas yang cukup “mencekik”.
Mengutip BOF, presiden terpilih komunitas petani Peru berwenang untuk memutuskan bagaimana menggunakan dan mendistribusikan kembali sumber daya komunitas. Di wilayah Lucanas sendiri, aturan yang berlaku adalah anggota komunitas harus bekerja secara gratis dalam pengumpulan, sedangkan orang luar dapat dibayar biasanya sekitar 20 USD sehari. Sampai sekarang, pihak Loro Piana tidak merespon hal ini.
Cara Pencukuran Bulu Vikunya

Walaupun ada kekecewaan terkait upah, tak terpungkiri bahwa pekerja lokal mengagumi hewan yang sempat hampir punah tersebut, mulai dari kecepatan sampai kelincahannya. Hal itu pula yang membuat vikunya sulit menangkapnya. Penangkapan yang menyebutnya ritual ‘chaccu’ oleh para petani dengan cara membentangkan tali yang terpasang di bendera plastik melingkari area sekitar 3 mil, lalu memperkecilnya sehingga vikunya tak punya ruang lari lagi selain harus berkumpul.
Kemudian setiap vikunya akan terseleksi. Mereka yang woolnya pendek akan terlepaskan, sedangkan yang sudah cukup panjang akan mencukurnya. Umumnya proses ini berlangsung 2 hari sehingga ada vikunya yang terpaksa dikandangkan semalam tanpa makan dan minum.
Pekerja lokal menangkap vikunya setahun sekali dan mencukur bulunya setiap dua tahun. Frekuensi ini jauh yang disarankan yaitu setiap 4 tahun sekali sehingga berat wool setiap hewannya pun berkurang, dari 250 gram per hewan di tahun 1994 menjadi 150 gram saat ini.
Bagaimana menurutmu?