Jumat, 4 Juli 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sejarah Istilah ‘Pedagang Kaki Lima’ yang Berasal dari Belanda

Sejarah istilah ‘pedagang kaki lima’ ternyata berasal dari Belanda. Keberadaan pedagang kaki lima yang memenuhi beberapa sudut jalan di Jakarta sering kali dianggap mengganggu. Namun, tahukah Anda bahwa istilah “kaki lima” ternyata berasal dari pemerintahan Belanda? Berikut penjelasannya.

Menemui pedagang di tepi jalan bukanlah hal yang asing lagi. Pada jam-jam tertentu, seperti pagi dan sore menjelang malam, banyak pedagang yang berjejer di sepanjang jalan menawarkan berbagai makanan dan minuman.

Tempat-tempat seperti trotoar, yang seharusnya berguna untuk pejalan kaki, sering kali penuh oleh pedagang. Mulai dari yang menggunakan gerobak, meja kecil, atau sepeda. Mereka ini terkenal dengan istilah “kaki lima.”

Meskipun banyak tafsiran mengenai makna “kaki lima,” istilah ini sebenarnya berasal dari pemerintahan Belanda yang pada masa lalu menguasai Batavia dan menetapkan peraturan untuk mengelola kota.

Sejarah Istilah ‘Pedagang Kaki Lima’ yang Berasal dari Belanda

Mengutip Good News From Indonesia, pemerintah Belanda di Batavia memiliki peraturan untuk membangun trotoar khusus pejalan kaki. Ukurannya ditetapkan selebar 5 feet atau 5 kaki, setara dengan ukuran 1,5 meter.

Hingga akhirnya trotoar justru dimanfaatkan sebagai tempat berjualan makanan, minuman, hingga toko kelontong. Peraturan ini konon mulai berlaku pada kepemimpinan Letnan Gurbernur Thomas Stamford Raffle di Batavia pada 1811-1816.

Dalam Historia, menyebutkan juga bahwa William Liddle menjelaskan adanya keberlanjutan dari peraturan trotoar selebar 5 kaki itu. Konsep ini diterapkan oleh Raffles ketika bertugas di Chinatown, Singapura pada 1819.

Ditemukan kesamaan para pedagang kaki lima yang ada di Jakarta dan Chinatown. Tetapi asal muasal penyebutan kaki lima adalah perbedaan penafsiran bangsa Eropa dengan Bangsa Melayu melalui tata bahasanya.

“Five foot rupanya disalahmaknakan sebagai kata majemuk. Dalam menerjemahkannya ke dalam bahasa MElayu, orang membalikkan hukum MD (menerangkan-diterangkan) Inggris menjadi hukum DM (diterangkan-menerangkan) Melayu, sehingga terjemahannya bukan lima kaki melainkan kaki lima,” tulis Historia melalui Mayapada, 15 Desember 1967.

Sementara pada era modern banyak orang yang menyebut pedagang kaki lima mendapatkan julukan dari penggunaan gerobak. Banyak pedagang makanan kaki lima yang menggunakan gerobak beroda tiga dan ketika dijumlahkan dengan kaki penjualnya menjadi ada lima kaki.

Ada juga yang menyebut pedagang kaki lima dijuluki karena kecepatannya berlari. Alasannya didapat dari para pedagang yang kerap lari terbirit-birit menyelamatkan dagangannya ketika petugas Satpol PP datang untuk menertibkan. Faktanya pengusiran para pedagang tidak hanya terjadi pada masa sekarang. Sejak zaman Belanda penertiban atas pedagang kaki lima sudah dilakukan oleh aparat yang bertugas pada masanya.

Beberapa pemerintah Belanda mengatakan tak nyaman jika melihat penjual kaki lima. Suasana yang kotor dan kumuh serta makanan yang dijajakan dinilai tidak bersih dan dikhawatirkan menyebar penyakit.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles