Gen Z di Jepang rela menyewa “Job-LeavingAgent” karena takut untuk resign. Menghadap atasan untuk menyampaikan pengunduran diri atau resign bisa menjadi momen yang menegangkan bagi banyak orang. Hal ini juga terasa oleh Gen Z di Jepang.
Banyak dari mereka mengalami ketakutan yang besar saat ingin mengundurkan diri dari pekerjaan. Bahkan, mereka rela menyewa jasa ‘agen pengunduran diri’ untuk membantu mereka selama proses resign.
Gen Z di Jepang Rela Menyewa “Job-Leaving Agent” untuk Resign!
Jepang terkenal sebagai negara dengan loyalitas tinggi. Masyarakat Jepang sangat setia pada satu perusahaan dan pekerjaannya seumur hidup. Oleh karena itu, orang yang gemar berpindah-pindah pekerjaan sering dipandang sebagai sosok yang mudah menyerah.
Di Jepang, resign dianggap sebagai sesuatu yang memalukan. Maka seberat atau selelah apa pun pekerjaannya, tak sedikit karyawan di Jepang yang tetap berusaha bertahan agar tidak menanggung beban sosial tersebut.
Namun, apa jadinya bagi karyawan yang benar-benar ingin resign namun tidak mampu melakukannya? Di sinilah layanan taishoku daiko, atau agen yang membantu karyawan untuk resign muncul.
Layanan ‘job-leaving agent‘ muncul dalam beberapa tahun terakhir. Tujuannya adalah membantu karyawan yang kesulitan untuk resign dan meninggalkan pekerjaannya.
Banyak orang berusaha bertahan dengan pekerjaan mereka saat ini, bahkan ketika mereka tidak bahagia. Kondisi ini layaknya istilah ‘kamikaze’, di mana mengorbankan hidup mereka untuk kebaikan yang lebih besar, seperti pilot yang dikirim untuk misi bunuh diri di hari-hari terakhir Perang Dunia II.
Perusahaan yang Berikan Layanan Job-Leaving Agent
Salah satu perusahaan yang memberikan layanan untuk membantu karyawan resign, Guardian, telah membantu 13 ribu orang tentang cara mengundurkan diri dari pekerjaan mereka dengan mudah.
Yoshihito Hasegawa, salah satu pimpinan Guardian, mengatakan, “”Begitulah cara yang dilakukan, cara yang sama diajarkan kepada orang yang lebih muda untuk menghormati orang yang lebih tua. Berhenti atau resign menjadi pengkhianatan.”
Berdiri pada tahun 2020, Guardian, layanan taishoku daiko atau ‘job-leaving agent’, telah membantu banyak karyawan, kebanyakan berusia 20-an dan 30-an, untuk resign dengan lebih mudah. Beberapa dari klien tersebut adalah orang yang bekerja di kuil Shinto, kantor dokter gigi dan firma hukum hingga staf toko dan restoran. Hampir setengah dari klien Guardian adalah perempuan. Beberapa bekerja selama satu atau dua hari dan kemudian menemukan janji gaji atau jam kerja palsu.
Mematok Tarif Mulai Rp3 Juta
Guardian mengenakan biaya 29.800 yen atau sekitar Rp3 juta untuk layanannya, mencakup keanggotaan tiga bulan dalam serikat pekerja yang akan mewakili seorang karyawan dalam proses negosiasi resign yang rumit di Jepang.
Umumnya, klien Guardian telah bekerja untuk usaha kecil dan menengah yang mempekerjakan sebagian besar orang Jepang. Tak jarang, karyawan yang bekerja di perusahaan besar menggunakan layanan ini.
Dalam banyak kasus, atasan memiliki suara besar tentang bagaimana hal-hal dijalankan, dan terkadang mereka menolak pengajuan resign dari karyawannya. Alasannya karena kekurangan tenaga kerja yang kronis di Jepang.
Hukum di Jepang pada dasarnya memperbolehkan karyawan untuk resign. Namun, beberapa atasan terbiasa dengan hierarki lama, di mana mereka tidak bisa menerima seseorang yang telah mereka latih untuk pergi meninggalkan perusahaan.
Pengalaman Karyawan yang Menggunakan Layanan Job-Leaving Agent
Meskipun sebagian besar klien Guardian lebih memilih untuk tidak disebutkan namanya, seorang pemuda yang menggunakan nama online Twichan mencari bantuan setelah dia dikritik karena kinerja penjualannya. Dampaknya, ia menjadi sangat depresi hingga berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Namun berkat bantuan dari Guardian, Twichan bisa resign dari perusahaan hanya dalam wktu 45 menit.
Layanan ‘job-leaving agent‘ lainnya, Albatross, menawarkan layanan “MoMuri”, atau “tidak tahan lagi”. Masalah di tempat kerja telah ada sejak dulu, namun menurut pendiri Albatross, Shinji Tanimoto, karyawan di Jepang menyadari bahwa mereka bisa mendapatkan bantuan untuk resign secara online.
“Mereka memberi tahu kami bahwa mereka tidak bisa tidur sama sekali sebelumnya, tetapi akhirnya mereka bisa tidur semau mereka,” katanya tentang pelanggan MoMuri. “Pengguna berterima kasih kepada kami sepanjang waktu. Ada yang menangis bahagia.”
Misalnya, salah seorang klien Albatross, ingin berhenti bekerja di salon hewan peliharaan tempatnya bekerja. Sebab, para pekerja lain diam-diam menendang hewan yang ada di salon tersebut. Ada pula kisah klien lain yang ini berhenti dari pekerjaan di kantor gigi di mana stafnya tidak menggunakan sarung tangan baru untuk setiap pasien.
Banyak perempuan bekerja sebagai perawat atau pengasuh untuk tinggal sampai menemukan penggantinya, tetapi akhirnya tetap bekerja di pekerjaan itu setahun kemudian.
Bagaimana menurutmu? Jika layanan seperti ini ada di Indonesia, apakah kamu akan membutuhkan jasanya?