Saat pelaku secara sengaja membuat lawan bicaranya tidak yakin terhadap kewarasannya, itu disebut gaslighting. Oleh karena itu, korban mungkin mengalami perasaan seperti bingung, bosan, atau pasrah. Gaslighting sering terjadi dalam hubungan, tetapi dapat terjadi di banyak tempat dan situasi. Ini adalah taktik kontrol yang biasanya digunakan dalam hubungan seksual sehingga pasangan percaya bahwa ingatan mereka benar dan mereka dapat bergantung pada pelaku.
Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental korban yang rawan. Berikut ini, Anda akan menemukan bahaya gaslighting dalam hubungan!
Dampak Gaslighting dalam Hubungan pada Kesehatan Mental
Pada dasarnya, perilaku gaslighting dalam hubungan bisa mendorong pasangan yang menjadi korban tidak lagi percaya pada pemikirannya sendiri. Karena hal ini, ada berbagai efek jangka panjang yang bisa terjadi, seperti:
1. Kepercayaan diri yang rendah
Ketika pasangan kerap mengatakan bahwa hal-hal yang kamu pikirkan, rasakan, atau lakukan adalah hal yang salah, sangat mungkin untuk kemudian merasa ragu terhadap kemampuan diri sendiri. Korban gaslighting juga akan merasa bersalah karena pelaku sering mengubah naratif cerita sehingga ia terlihat tidak bersalah.
Oleh karena itu, korban cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah setelah terkena gaslighting untuk waktu yang lama. Persepsi diri akan semakin memburuk seiring waktu, hingga mereka merasa dirinya bodoh, gila, atau sulit untuk berada dalam hubungan. Semua hal ini juga akan berdampak pada penilaian diri secara keseluruhan.
2. Ketergantungan terhadap pelaku
Pelaku gaslighting dalam hubungan akan berusaha meyakinkan dengan segala cara bahwa dirinya adalah benar. Ia juga akan menyalahkan korban hingga di titik korban tidak bisa benar-benar membedakan mana kejadian yang nyata atau tidak di pikirannya.
Ketika hal ini mulai terjadi, korban akan mulai bertanya-tanya dan merasa tidak yakin terhadap setiap memorinya tentang hubungan itu. Pada saat inilah korban mulai bergantung pada pelaku untuk memberitahu mereka fakta yang benar.
Sayangnya, dampak ini malah bisa semakin memperparah gaslighting karena korban memberikan lebih banyak kekuatan pada pelaku untuk memanipulasi korban.
3. Gangguan kecemasan dan depresi
Korban gaslighting cenderung berisiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan atau depresi setelah mengalami gaslighting berulang kali. Salah satu taktik manipulasi yang bisa pelaku gunakan adalah membatasi akses korban ke dukungan sosial dan mencoba memisahkan mereka dari keluarga dan teman-teman.
Dengan mengisolasi korban, pelaku dapat mempertahankan kontrol dan mencegah korban mencari dukungan dan validasi dari orang lain. Isolasi sosial ini dapat memperburuk perasaan kesepian, kecemasan, dan depresi.
Selain itu, rasa skeptis yang muncul pada diri korban terhadap niat dan perilaku orang lain bisa menyebabkan rasa ketidakpastian terus menerus. Hal ini kemudian bisa menjadi gejala-gejala awal dari gangguan kecemasan.
4. Sulit memercayai orang lain
Trauma yang seseorang alami karena gaslighting bisa menempel hingga waktu yang lama. Korban bisa merasa marah, kecewa, dan merasa dikhianati oleh pasangan. Oleh karena itu, ada kemungkinan besar mereka akan jauh lebih berhati-hati dalam mempercayai orang lain.
Kesulitan ini bisa merambat ke hubungan berikutnya. Ketika sudah kembali menemukan pasangan yang baru, korban bisa mengalami paranoia atau terlalu awas terhadap segala hal kecil karena takut gaslighting terjadi lagi.
Itulah beberapa dampak berbahaya dari gaslighting dalam hubungan. Kalau kamu merasa pernah atau sedang melalui masalah ini, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional dengan hubungi psikolog.