Mengenal Trem salah satu transportasi yang dulunya ada di Jakarta namun kini sudah punah. Tahukah kamu bahwa Jakarta dulunya pernah memiliki trem? Trem adalah sebuah transportasi berupa kereta panjang yang menggunakan dua hingga tiga kuda sebagai tenaga penggeraknya. Menariknya, rel trem sepanjang 400 meter ketika proyek MRT Fase 2A jalur Glodok-Kota sedang berlangsung.
Menurut detikEdu, rel trem tersebut dulunya sebagai jalur perlintasan dari Glodok menuju Museum Bank Mandiri pada masa Batavia. Junus Satrio Atmodjo, seorang arkeolog dari Universitas Indonesia, menyatakan bahwa rel trem tersebut akan diteliti dan disimpan selama sekitar empat tahun untuk keperluan konservasi. Ia berharap rel trem yang bertahan melampaui zaman kemerdekaan Indonesia ini bisa dirawat dan dibersihkan agar tetap terjaga.
Bagaimana sejarah perjalanan trem di masa berdirinya Batavia (sekarang Jakarta)? Simak penjelasan lengkapnya.
Mengenal Trem, Transportasi yang Dulunya Ada di Jakarta
Trem di Batavia Menggunakan Tenaga Kuda, Uap, dan Listrik
Pada 10 April 1869 silam, trem pertama di Batavia menggunakan tenaga kuda dengan kapasitas 40 orang. Cukup dengan membayar 10 sen saja sudah menaiki trem saat itu. Klaksonnya pun menggunakan terompet. Jam operasional dimulai pukul 05.00 hingga 20.00.
Kemudian, digantikan dengan trem uap pada tahun 1882. Jalur trem membentang dari Kota Intan menuju Kampung Melayu. Jadi trem mulai melintas dari Stasiun Kota Intan, Stasion Batavia NIS dan Stasion Batavia BOS, Glodok, serta Harmoni. Kemudian jalur berbelok melalui Rijswijk (sekarang Juanda), Pasar Baroe, Waterloopleon (sekarang Lapangan Banteng), Senen, Tanah Tinggi, Kramat, Salemba, Matraman, Meester Cosnelis (sekarang Jatinegara Timur, dan terakhir Kampung Melajo.
Hanya bertahan 17 tahun saja, trem uap pun berganti menjadi trem listrik pada tahun 1899. Jalurnya pun berkembang mencapai 14 km pada tahun 1909. Jalurnya mulai dari Stasion Batavia (BOS) di mana melewati Kemajoran, Goenoeng Sahari, Pasar Senen, dan Tanah Tinggi bila ke arah timur. Kalau arah barat akan melewati Kwitang, Gondangdia, hingga Tanah Abang, lalu berakhir di halte Kanpong Djati. Dari Kanpong Djati diarahkan menuju halte Harmoni.
Transportasi Pengganti Trem
Pada tahun 1959 menjadi akhir cerita trem listrik dan tidak tahu alasan mengapa trem listrik tidak beroperasi kembali. Mengutip detikFinance, Junus mengatakan bahwa kendaraan di Jakarta semakin meningkat seiring kemajuan teknologi.
Ia juga menambahkan bahwa sistem trem pun berhenti lantaran daya tampung trem untuk orang Jakarta juga terlalu kecil. Apalagi saat itu sudah banyak masyarakat yang sudah mempunyai kendaraan sendiri. Belum lagi penduduk Jakarta juga semakin bertambah.
Melansir CNN Indonesia, kamu harus tahu bahwa jalur busway dulunya untuk jalur trem. Pada tahun 2004 hingga kini Tranjakarta mengisi kekosongan trem sebagai transportasi umum di Jakarta.
Selain Transjakarta, transportasi pengganti trem yang menggunakan rel ialah Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line, Mass Rapid Transit (MRT), dan Light Rail Transit (LRT). Ketiga transportasi ini menjadi kendaraan umum andalan banyak orang saat ini.
KRL mempunyai 80 stasiun di Jabodetabdek dengan kapasitas penumpang dua ribu orang per kereta. Lalu MRT beroperasi dengan 13 stasiun yang keretanya bisa menampung hingga 1.950 penumpang. Sementara itu, LRT yang berkapasitas 600 orang tengah menambah 18 stasiun pemberhentian di Jabodebek.
Itulah kisah trem yang dulunya pernah berjaya di Jakarta. Menarik banget ya