Wanita bernama Endang Kumalasari menjadi topik hangat di media sosial karena menceritakan kisah hidupnya dari menjadi anak sopir bajaj hingga menjadi Milyader yang sukses.
Karena ceritanya yang menginspirasi, Endang Kumalasari diundang menjadi bintang tamu di program televisi untuk merayakan HUT Jakarta. Endang mengenakan kebaya encim merah dan selendang hijau.
“Cerita sulit masa kecil, saya berpikir tidak kepengen susah lagi. Karena menjadi orang susah itu nggak enak. Mau punya sesuatu tidak punya uang dan saya bermimpi untuk bisa menjadi orang sukses,” ungkapnya haru di program acara FYP, Trans7.
Endang menceritakan kehidupan masa kecilnya. Ayahnya meninggal pada tahun 2005. Dia sehari-hari bekerja sebagai sopir bajaj.
“Kesehariannya itu memang sopir bajaj yang setiap hari pergi pagi pulang sore dan bajajnya bukan milik sendiri, ada bosnya dan setoran. Jeleknya sopir bajaj (bapak saya) waktu itu, ketika sudah dapat uang setoran, besoknya nggak narik lagi karena dia alasannya uangnya sudah cukup,” kenangnya.
Endang masih ingat betul bahwa dia membantu sang ibu membuat es, menjualnya, dan menempatkannya di warung-warung untuk membantu perekonomian keluarga. Sampai kehilangan sang adik, Endang menceritakan kehidupan ekonomi yang buruk.
Dengan nada yang bergetar, Endang berkata, “Saya berangkat dari minus dan prosesnya berdarah-darah, saya kehilangan adek karena mau berobat tidak mempunyai uang. Saking tidak ada uangnya, saya itu empat orang bersaudara, yang nomor tiga meninggal dunia karena tidak ada biaya untuk berobat dan mimpi kepengen menjadi orang kaya.”
Endang kemudian mulai berpikir tentang membesarkan anak-anaknya dengan pendidikan yang baik dan bekerja untuk membantu mereka.
Endang mengungkapkan saat ini bekerja sebagai broker properti, yaitu individu atau perusahaan yang membantu investor atau konsumen melakukan transaksi dengan pasar modal. Tidak mudah bagi wanita berhijab itu untuk memberikan penjelasan tentang perjuangannya sampai saat ini. Dia gigih dan berusaha keras hingga anak-anaknya menjadi Akpol, Akmil, dan bekerja di Bank Indonesia.