Masyarakat umum, terutama mereka di luar Pulau Jawa, sering mempertanyakan mengapa orang-orang di Jawa Barat tidak berbahasa Jawa dan bahkan terkadang menolak disebut sebagai orang Jawa. Padahal, mereka sebenarnya tinggal dan hidup di Pulau Jawa. Mengapa hal ini terjadi?
Memang benar bahwa orang-orang di Jawa Barat malah berbahasa Sunda padahal hampir seluruh wilayah Pulau Jawa menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Dalam ilmu linguistik, Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda sebenarnya adalah satu rumpun bahasa Melayu-Polinesia. Namun, fonologi, penuturan, dan sistem penulisan keduanya jelas sangat berbeda.
Orang-orang di Jawa Barat tidak berbahasa Jawa dan tidak mau disebut orang Jawa karena mereka bukan orang Jawa. Orang-orang yang tinggal di sebagian besar Pulau Jawa berasal dari Suku Jawa, sedangkan orang-orang di Jawa Barat berasal dari kelompok etnis lain, Suku Sunda, yang telah tinggal di wilayah barat Pulau Jawa yang disebut Tatar Pasundan sejak lama.
Tome Pires, seorang penjelajah Portugis dalam catatannya Suma Oriental pada abad ke-16 menjelaskan bahwa Tatar Pasundan adalah tanah kesatria dan pelaut pemberani. Mereka jauh lebih terkenal dibandingkan para kesatria atau pelaut dari Jawa. Menurut Pires orang Sunda pada masa itu selalu bersaing dengan orang Jawa, begitu pula sebaliknya.
Dalam keseharian, antara orang Jawa dan Sunda tidak terlalu akrab dan berteman. Namun tidak pula bermusuhan. Mereka mengurus urusannya masing-masing. Mereka saling berdagang. Tapi ketika bertemu di lautan sebagai seorang perompak, pihak yang lebih siap akan lebih dulu menyerang. Serangan biasanya terjadi di wilayah perairan Cimanuk, tak peduli betapa erat hubungan atau pertemanan diantara keduanya.
Sejarah Penyebaran Bahasa Sunda
Karena memang bukan bagian dari Suku Jawa, Suku Sunda berbicara dengan bahasanya sendiri. Penyebaran Bahasa Sunda banyak diperngaruhi oleh peran politik dari kerajaan yang bertahta di Tatar Pasundan. Sebagian wilayah barat Jawa Tengah, khususnya Brebes dan Cilacap menggunakan Bahasa Sunda karena dulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh.
Masyarakat di Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah juga menggunakan Bahasa Sunda hingga abad ke-6 M. Hal ini diketahui dari sumber nama “Dieng” yang berasal dari kata dalam Bahasa Sunda Kuno, Dhiyang. Seiring transmigrasi dan imigrasi yang dilakukan etnis Sunda pasca kemerdekaan, membuat penggunaan Bahasa Sunda terus meluas hingga luar Pulau Jawa.
Tidak seperti Bahasa Jawa, Bahasa Sunda tidak mengenal tingkatan bahasa atau undak-usuk, Namun setelah Kerajaan Mataram Islam mulai berkuasa di Pulau Jawa, Bahasa Sunda – terutama di wilayah Parahyangan – mulai terpengaruh budaya Jawa. Bahasa Sunda selanjutnya mengenal tingkatan bahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, dan bahasa kasar.
Bahasa Jawa di Jawa Barat
Memang sebagian besar penduduk Jawa Barat dan Banten menggunakan Bahasa Sunda dalam kesehariannya. Namun ada beberapa wilayah di Jawa Barat yang ternyata menggunakan Bahasa Jawa. Meskipun Bahasa Jawa yang digunakan tidak sama dengan yang digunakan di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Beberapa wilayah tersebut adalah Kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten/Kota Cirebon, dan sebagian Pesisir Pangandaran, Kuningan, Majalengka, serta Subang.