Pasar di Indonesia yang bertransaksi tanpa bicara ini mungkin beberapa di antara kamu sudah mengetahuinya. Indonesia membanggakan tradisi uniknya, yang bahkan tercermin di pasar tradisional yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Meskipun pasar pada dasarnya adalah tempat untuk berjual-beli. Namun di setiap transaksi yang terjadi, terdapat sentuhan khas yang membuatnya menjadi luar biasa.
Keunikan ini seringkali berasal dari tradisi yang terwariskan di pasar tersebut, menarik perhatian wisatawan asing yang ingin merasakan pengalaman unik tersebut. Salah satu contoh pasar tradisional yang mempertahankan tradisi istimewa ini adalah Pasar Bisu di Sumatra Barat. Mungkin sudah pernah terdengar olehmu?
Meskipun bernama Pasar Bisu, bukan berarti pedagang dan pembeli di sini tidak bisa berbicara atau bisu. Sebenarnya, pasar ini memperoleh nama tersebut dengan alasan khusus, yang membuat para pelaku transaksi di pasar ini melakukan jual-beli tanpa suara atau dengan bahasa isyarat.
Tertarik mengetahui alasannya? Mari kita eksplor lebih lanjut seputar Pasar Bisu, pasar tradisional yang mempertahankan tradisi unik di Indonesia dengan bertransaksi tanpa suara. Ayo simak!
Pasar di Indonesia yang Bertransaksi Tanpa Bicara
Mengenal Pasar Bisu dan Tradisinya

Jika kamu pergi ke Sumatra Barat, jangan lupa berkunjung ke Pasar Bisu. Pasar ini memiliki tradisi unik dalam bertransaksi karena para penjual dan pembeli di sini melakukan proses jual-beli tanpa bersuara. Tradisi jual-beli tanpa suara tersebut dikenal dengan nama tradisi Marosok yang sudah dilakukan secara turun-temurun sejak raja-raja Minangkabau dan menjadi tradisi jual-beli khas Padang Pariaman, Sumatra Barat. Melansir dari situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia proses transaksi ini dilakukan dengan cara Marosok atau yang artinya “Meraba”.
Sehingga antara penjual dan pembeli alih-alih berbicara, mereka akan bersalaman untuk bertransaksi. Nantinya, posisi tangan mereka akan ditutupi benda lain, seperti sarung, kain, baju, hingga topi untuk menyepakati harga.
Selanjutnya, jari-jari tangan mereka akan bergerak ke kiri dan ke kanan untuk mengisyaratkan tawar-menawar. Setiap jari yang digerakkan akan melambangkan nilai uang, mulai dari puluhan, ratusan, hingga jutaan rupiah, sebagaimana yang terlansir dari detikTravel. Apabila nanti pembeli setuju maka mereka akan mengisyaratkannya dengan anggukan kepala. Sebaliknya, jika tidak setuju dengan tawaran harga yang diberikan, mereka akan menggeleng.
Adapun tujuan dari tradisi Marosok adalah untuk menjaga kerahasiaan harga yang telah disepakati. Hingga saat ini, tradisi Marosok di Sumatra Barat telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sementara itu, tradisi Marosok yang ada di Pasar Bisu ini digunakan untuk menjual berbagai jenis hewan ternak, seperti sapi, kerbau, atau kambing. Akan tetapi, melansir dari Worldkings, pasar ini tidak dibuka setiap hari melainkan hanya pada hari Selasa saja. Jadi, jika kamu ingin berkunjung ke Pasar Bisu, pastikan tidak salah hari ya, Beauties!
Nah, itulah tadi seputar Pasar Bisu, pasar tradisional yang memiliki tradisi unik di Indonesia karena bertransaksi tanpa suara. Apakah kamu tertarik untuk berkunjung dan berbelanja hewan ternak di sini