Sederet bahasa daerah Indonesia ini sedang ‘kritis’ dan terancam punah jika tidak terus melestarikannya. Keunggulan Indonesia terletak pada keberagaman bahasa. Setiap daerah di negara kepulauan ini memiliki bahasa daerah yang khas, yang kemudian bersatu oleh bahasa Indonesia. Keanekaragaman ini menjadi ciri khas yang memperkaya Indonesia. Namun, sayangnya, seiring dengan berjalannya waktu, semakin jarang anak-anak yang menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, beberapa bahasa daerah terancam punah karena jumlah penutur usia 20 tahun ke atas semakin sedikit.
Dalam kategorisasi keterancaman bahasa dalam situs Indonesia Baik, terdapat dua tingkatan, yaitu sangat terancam dan sangat terancam. Semakin sedikit jumlah penuturnya, tingkat keterancaman bahasa daerah dianggap kritis atau bahkan sangat terancam. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset (Kemendikbudristek) mengungkapkan sejumlah bahasa daerah yang tergolong sangat terancam punah.
Bahasa Daerah Indonesia ‘Kritis’ Terancam Punah

Bahasa Retta merupakan bahasa yang ditutur penduduk Kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam beberapa tahun terakhir bahasa Retta sudah dikhawatirkan punah. Mengutip laman Peta Bahasa Kemendikbud, bahasa Retta merupakan bahasa minoritas di sejumlah kecamatan, seperti di Kecamatan Pulau Pura (mayoritas menuturkan bahasa Blagar) dan Kecamatan Alor Barat Laut yang mayoritas penduduk berbahasa Melayu.
Bahasa Saponi

Bahasa Ibo

Bahasa Meher

Perubahan status bahasa menjadi sangat terancam punah dikarenakan kuatnya penggunaan bahasa Melayu Ambon yang dianggap prestise oleh generasi-generasi penerus.