Fakta perkebunan kelapa sawit yang menjadi tersangka utama kasus All Eyes on Papua penting untuk kita ketahui. Belakangan ini, All Eyes on Papua menjadi trending di media sosial. Tagar ini ramai menjadi perbincangan di berbagai platform sebagai bentuk dukungan masyarakat Indonesia kepada penduduk Papua. Seperti yang kita tahu, masyarakat adat Suku Awyo di Papua Selatan tengah berjuang melawan Pemerintah Provinsi Papua dan beberapa perusahaan sawit melalui jalur hukum.
Gugatan ini muncul setelah Pemerintah Provinsi Papua memberikan izin lingkungan kepada perusahaan sawit untuk mengelola lebih dari 30 hektar lahan. Sebagian besar merupakan hutan adat milik marga Woro. Lahan tersebut direncanakan akan dijadikan perkebunan sawit.
Rencana ini mendapat penolakan keras dari warga adat dan aktivis lingkungan. Mereka khawatir pembangunan perkebunan sawit akan membawa dampak negatif yang mengancam mata pencaharian masyarakat adat serta merusak lingkungan.
Sejak masalah ini mencuat, mungkin banyak dari kita yang penasaran tentang dampak perkebunan kelapa sawit terhadap lingkungan. Mari simak fakta-fakta menarik seputar perkebunan kelapa sawit dan dampaknya terhadap lingkungan!
Fakta Perkebunan Kelapa Sawit, Tersangka Utama Kasus di Papua
1. Salah Satu Sumber Devisa Terbesar di Indonesia

Melansir dari website resmi Kementerian ESDM RI, disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki perkebunan sawit terbesar di dunia. Total lahannya mencapai lebih dari 14 juta hektar. Di antara belasan juta hektar tersebut, hanya 40% saja yang dikelola oleh petani kecil. Ini artinya 60% perkebunan sawit dikelola oleh perusahaan.
Dengan luasnya lahan sawit tersebut, mayoritas produksi sawit di Indonesia mampu menyumbangkan devisa sampai lebih dari 200 miliar dollar per tahunnya. Tidak heran jika perkebunan kelapa sawit jadi salah satu andalan untuk menambah pemasukan negara.
2. Berpotensi Meningkatkan Emisi Karbon dan Kerusakan Lingkungan

Seperti diketahui, perkebunan kelapa sawit umumnya berasal dari alih fungsi lahan. Kementerian ESDM menegaskan bahwa alih fungsi lahan ini hanya dilakukan pada lahan yang sudah terdegradasi. Dengan begitu, pemanfaatan lahan yang sudah terdegradasi menjadi perkebunan sawit mampu meningkatkan produktivitas lahan.
Namun di sisi lain, lahan pada hutan adat marga Woro adalah hutan kering primer. Disebutkan, proses alih fungsi lahan seluas lebih dari 26 hektar ini berpotensi mengalami emisi karbon. Melansir dari Greenpeace, setidaknya potensi emisi karbon yang lepas jika deforestasi terjadi sebesar 23 juta ton CO2. Angka ini menyumbang 5 persen tingkat emisi karbon di 2030.
Penting diketahui emisi karbon sendiri adalah pelepasan gas rumah kaca yang berdampak buruk pada pemanasan global (global warming). Selain itu, dampak langsung yang bisa terjadi adalah makin buruknya kualitas air, polusi udara hingga terjadinya erosi tanah.
3. Kemungkinan Mengganggu Sumber Mata Pencaharian Masyarakat Adat

Fakta menarik lainnya di balik pembangunan perkebunan kelapa sawit adalah kehadirannya yang mungkin akan mengganggu sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Sebelumnya, masyarakat adat menggantungkan kehidupannya pada hasil hutan. Hutan sudah menjadi sumber pangan, obat-obatan selain sebagai sumber ekonomi.
Bagi mereka, hutan sudah menjadi salah satu identitas budaya sekaligus sumber pengetahuan. Oleh sebab itu, adanya alih fungsi lahan juga berpotensi menghilangkan sandaran utama masyarakat adat. Bahkan jika pada akhirnya masyarakat adat ikut dilibatkan dalam perkebunan kelapa sawit, mereka masih belum memiliki skill. Jadi, kecil kemungkinan perusahaan akan merekrut masyarakat lokal.
4. Menganggu Habitat Flora dan Fauna Endemik

Proses pengalihan lahan atau deforestasi untuk pembangunan perkebunan sawit ternyata tidak hanya berdampak pada lingkungan dan masyarakat sekitar. Beberapa habitat flora dan fauna endemik juga berpotensi terganggu.
Bagaimana tidak? Lahan yang menjadi tempat hidupnya berubah sehingga sudah pasti mengganggu keberlangsungan hidup flora dan fauna. Padahal, flora dan fauna merupakan keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya.
Pada akhirnya, perkebunan sawit memang mampu menjadi sumber devisa yang besar untuk negara. Namun pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit juga memiliki beberapa dampak lingkungan yang wajib dipertimbangkan.