Dengan banyaknya harta karun yang belum tereksplorasi, wilayah timur Indonesia adalah surga bagi pencinta alam. Gua Hatusaka adalah salah satunya. Itu berada di Taman Nasional Manusela di Seram Utara, Maluku Tengah, Maluku.
Gua ini, yang terletak di atas Gunung Hatusaka, memiliki kedalaman ekstrim mencapai 424 meter. Para penggiat penelusuran gua menganggap Gua Hatusaka adalah gua vertikal terdalam di Indonesia, dengan kedalaman tertinggi kedua setelah Gua Lomes Longmot, yang memiliki kedalaman 360 meter, dan Gua Sibil Buk, yang memiliki kedalaman 349 meter di Papua Barat.
Menurut situs resmi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, pada Selasa, 27 Juni 2023, Gua Hatusaka pertama kali dijelajahi dan dipetakan oleh ekspedisi gua gabungan dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Australia pada tahun 1996. Namun, upaya pertama untuk mencapai dasar gua gagal pada saat itu. Upaya kedua tim gabungan baru berhasil mencapainya pada tahun 1998.
Acintyacunyata Speleological Club pertama kali melakukan ekspedisi penjelajah dalam negeri pada tahun 2011 melalui kegiatan Ekspedisi Speleologi Seram. Air sungai membanjiri lorong gua, menghentikan pencarian di kedalaman 190 meter.
Pada tahun 2016, tim ekspedisi gua dari Italia berhasil mencapai dasar Gua Hatusaka dan berhasil memetakan satu segmen lorongnya. Pada tahun 2017, Mapala Universitas Indonesia melakukan ekspedisi ke Gua Hatusaka, tetapi mereka gagal di kedalaman 220 karena banjir kembali memasuki lorong gua.
Ekspedisi oleh Penjelajah Dalam Negeri Baru Berhasil pada 2018
Keempat ekspedisi yang pernah dilakukan ke dalam gua terdalam di Indonesia ini masih menyisakan banyak misteri karena sedikit informasi dan data yang dikumpulkan mengenai fitur lain Gua Hatusaka selain kedalaman, lebar, dan bentuknya.
Akibatnya, Balai Taman Nasional (BTN) Manusela memutuskan untuk melakukan ekspedisi untuk lebih memahami potensi Gua Hatusaka secara lebih lengkap. BTN Manusela akhirnya menjadi kelompok penjelajah Indonesia pertama yang mencapai dasar gua terdalam di Nusantara dengan bantuan Acintyacunyata Speleological Club (ASC).
Ekspedisi BTN Manusela didukung oleh Acintyacunyata Speleological Club. Tim terdiri dari dua staf Balai Taman Nasional Manusela dan sepuluh tenaga ahli ASC. Kegiatan, yang berlangsung selama delapan hari dari 2 hingga 9 Agustus 2018, berhasil mencatat flora, fauna, dan karakteristik lain Gua Hatusaka, serta memperbarui data tentang kedalaman total dan luas ruangan di dasar gua.
Tempat Sakral dan Penuh Misteri
Gua Hatusaka dianggap oleh orang-orang di sekitarnya sebagai tempat yang penuh misteri dan dipenuhi dengan berbagai legenda dan tradisi. Akibatnya, setiap ekspedisi harus melakukan ritual adat sebelum memasuki gua. Ritual ini dilakukan di Desa Saleman oleh seluruh anggota tim bersama dengan tokoh-tokoh adat desa untuk memberi keselamatan dan kelancaran selama kegiatan.
Setelah ekspedisi yang dilakukan pada 2018, diketahui bahwa dasar Gua Hatusaka memiliki ukuran 90 meter x 62 meter dan atapnya 180 meter tinggi. “Berdiri di dasar Gua Hatusaka seperti berdiri di dalam stadion sepak bola dalam keadaan gelap gulita”, kata Ahmad Sya’roni, anggota tim BTN Manusela dan ASC yang turun ke dasar gua.
Dasar Gua Hatusaka agak datar, dengan endapan kerikil dan pasir yang mencakup hampir sepertiga luas ruangannya. Endapan lempung menempati sebagian besar tanah, menunjukkan bahwa air yang masuk ke dalam gua sempat menggenang sebelum meresap ke dalam tanah.
Seperti Blender Raksasa
Terlepas dari hutan lebat di atas gua, tidak ada batang pohon besar di dasar gua selain serpihan kayu berukuran kecil. Karena kedalaman gua yang sangat dalam dan gerak air yang sangat turbulen di dasar gua, tim ekspedisi menduga bahwa batang-batang kayu yang terbawa banjir hancur menjadi serpihan kecil.
Perwakilan tim yang juga turun ke dasar gua, Rodhial Falah, menyatakan, “Dasar Hatusaka seperti blender raksasa, apa pun yang terbawa masuk ke dasar gua akan hancur berkeping-keping digilas pusaran air.”