Rabu, 14 Mei 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Fakta Seputar Film ‘Farha’, Adaptasi Kisah Nyata Kekejaman Israel

Fakta seputar film ‘Farha’ merupakan adaptasi kisah nyata kekejaman Israel hingga sempat terkena boikot. Pada tahun 2022, Netflix menayangkan sebuah film berjudul Farha. Bagi yang belum tahu, Farha adalah film drama sejarah yang terproduksi secara internasional dan menceritakan pengalaman seorang perempuan muda asal Palestina selama Nakba. Peristiwa pengusiran warga Palestina dari tanah air mereka pada tahun 1948.

Film ini katya sutradara Darin J. Sallam dan berdasar pada kisah nyata. Meskipun film ini sempat terancam boikot oleh pejabat Israel dan pendukungnya, usaha tersebut gagal, dan Farha tetap tayang di Netflix.

Simak detail lainnya mengenai film Farha berikut ini!

Fakta Seputar Film ‘Farha’

Sinopsis Film Farha

Film Farha

Seperti yang telah tersebutkan di awal, Farha merupakan film yang disutradarai oleh Darin J. Sallam. Melansir dari Aljazeera, Farha dibuat berdasarkan kisah nyata seorang perempuan berusia 14 tahun asal Palestina yang selamat dari Nakba pada 1948, ketika ratusan ribu warga Palestina diusir dari tanah airnya oleh milisi Zionis.

Karakter utama film tersebut, Farha, memiliki impian untuk menempuh pendidikan di kota seperti anak-anak lainnya, meskipun awalnya sang ayah meminta Farha untuk menikah. Ketika akhirnya permintaan Farha hendak diwujudkan sang ayah, kejadian tragis mulai terjadi.

Farha terkurung demi keselamatannya sendiri di dapur ketika pasukan Zionis menyerang desanya, dan melalui celah pintu, dirinya menyaksikan beberapa kekerasan brutal ‘pembersihan’ etnis yang menciptakan negara Israel.

 

Israel Berusaha Memboikot Penayangan Film Farha

Fakta Seputar Film 'Farha', Adaptasi Kisah Nyata Kekejaman Israel

Sebelum ditayangkan di Netflix, Farha sebelumnya ditayangkan di festival film Toronto pada 14 September 2021, Beauties. Ketika hendak ditayangkan di platform Netflix, pihak Israel pun berusaha memboikot penayangan film Farha. Bukan tanpa alasan, film tersebut turut menggambarkan tentang peristiwa Nakba, ketika pasukan militer Zionis mengusir setidaknya 750 ribu warga Palestina dari rumah dan tanah mereka serta merebut 78% wilayah bersejarah Palestina seperti melansir dari Aljazeera.

Terdapat kampanye Israel untuk menghentikan penayangan film tersebut di Netflix, dengan Avigdor Lieberman, seorang ‘sayap kanan’ yang menjabat sebagai menteri keuangan Israel, menyarankan agar pendanaan negara ditarik dari sebuah teater di Jaffa yang berencana menayangkan film tersebut.

Jaffa, atau Yafa dalam bahasa Arab, adalah salah satu kota terbesar di Palestina yang bersejarah hingga sebagian besar dari 120 ribu penduduknya diusir selama nakba. Sepertiga dari kota tersebut masih menjadi milik warga Palestina saat ini. Bahkan, Menteri Kebudayaan Israel, Chili Tropper, mengatakan bahwa film Farha menunjukkan “kebohongan dan fitnah”, dan rencana Al-Saraya, teater Jaffa yang berencana menayangkan film tersebut, “memalukan”.

 

Cerita di Balik Pembuatan Film Farha

JEDDAH, SAUDI ARABIA - DECEMBER 13: Darin Sallam poses with their Competition Special Mention award for 'Farha' at the closing night Award Ceremony at The Red Sea International Film Festival on December 13, 2021 in Jeddah, Saudi Arabia. (Photo by Tim P. Whitby/Getty Images for The Red Sea International Film Festival)

Sutradara Darin J. Sallam pun mengungkapkan alasan di balik pembuatan film Farha kepada Aljazeera serta pandangannya tentang mengapa Israel sangat ‘marah’ terhadap film tersebut.

“Saya ingin menunjukkan tentang seorang gadis yang mempunyai mimpi seperti anak-anak lainnya, yang mempunyai mimpi untuk mendapatkan pendidikan, untuk menjalani kehidupan normal. Dia [Farha] tidak memilih untuk menjadi bagian dari ini, tapi dia dipaksa melakukan semua ini.

Ketika dia hampir mencapai mimpinya, perang datang ke desanya dan dia tertinggal. Kelihatannya sangat mudah dan sederhana, namun berat. Dia kehilangan mimpinya dan dipaksa untuk tumbuh dewasa,” jelas Darin J. Sallam. Lebih lanjut, menurut sang sutradara, Israel sangat marah dan kesal terhadap film Farha karena film tersebut ternilai menunjukkan kebenaran yang berusaha ditutupi sejak lama oleh Israel.

“Ketika mereka [Israel] menyebut hari kemerdekaan, itulah malapetaka (nakba) kita. Dan mereka tidak ingin masyarakat mengetahui bahwa negara ini dibangun dengan menghancurkan desa-desa dan membunuh orang. Terlebih lagi bagi warga Palestina, nakba tersebut tidak akan pernah berakhir.

Apa yang kita lihat di berita hari ini hanya menegaskan bahwa nakba masih terus berlanjut. Luka-luka [yang warga Palestina alami] masih terus mengeluarkan darah. Maka, ketika orang bertanya kenapa saya membuka ‘luka lama’. Saya berkata bahwa ‘luka’ tersebut masih mengeluarkan darah, nakba masih terus berlanjut, bahkan terjadi setiap hari.”

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles