Generasi Z dan Milenial ternyata berbeda karakter saat bekerja, mungkin kalian merasakan hal tersebut. Saat ini, kita sering kali mendengar dan membaca ulasan-ulasan yang membahas generasi Z. Tidak heran bahwa generasi ini menjadi topik pembicaraan yang hangat. Terutama karena mereka baru-baru ini memasuki dunia kerja dan memberikan kontribusi yang signifikan pada perekonomian negara.
Generasi Z lahir dalam rentang tahun 1997 hingga 2012, dengan generasi tertuanya saat ini telah mencapai usia 26 tahun. Pada awal tahun 2016, pembicaraan yang dominan lebih sering terkait dengan generasi milenial. Karena pada periode tersebut, mereka mulai memasuki fase “dunia nyata” seperti dunia kerja. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perhatian tampaknya telah bergeser ke generasi Z.
Walaupun generasi Z memiliki banyak kesamaan dengan generasi milenial, ternyata terdapat perbedaan signifikan yang membedakan keduanya ketika beraktivitas di tempat kerja. Ayo, simak penjelasannya!
Generasi Z dan Milenial Ternyata Beda Karakter Saat Kerja
Gen Z Lebih Termotivasi oleh Keamanan
Baik generasi Z atau generasi milenial sama-sama pernah melihat orang tua mereka mengalami kerugian finansial yang besar apalagi saat krisis moneter, meski pada saat itu mereka sama-sama masih anak-anak. Tidak mengherankan jika hal itu juga turut berpengaruh pada kehidupan mereka selanjutnya. Generasi milenial cenderung lebih idealis dan lebih termotivasi oleh tujuan saat bekerja daripada dengan urusan gaji. Sementara generasi Z lebih condong pada keamanan dan uang.
Generasi Z adalah generasi yang pragmatis, mereka cenderung peduli untuk membuat perbedaan, tapi pada akhirnya lebih ingin memastikan kondisi atau kehidupan mereka tetap aman di luar pekerjaan. Oleh karena itu, generasi Z lebih tergoda pada pekerjaan yang menawarkan keamanan kerja dan kenaikan gaji.
Gen Z Lebih Kompetitif di Tempat Kerja

Seperti melansir dari Forbes, generasi milenial cenderung lebih menyukai bekerja secara kolaborasi dan berorientasi pada kerja tim. Selain itu, milenial lebih ingin bekerja di lingkungan yang inklusif dan semua orang dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan. Gen Z, sebaliknya justru lebih ingin bersaing. Mereka ingin bekerja sendiri dan ternilai berdasarkan kemampuan mereka sendiri, bukan berdasarkan kemampuan tim.
Gen Z juga menyadari bahwa mereka memerlukan pengembangan keterampilan secara terus menerus agar tetap relevan. Mereka bersedia bekerja keras, tapi tetap berharap memperoleh imbalan setimpal atas upaya tersebut.
Gen Z Lebih Multitasking daripada Milenial

Karyawan generasi boomer mungkin mengira karyawan milenial mudah teralihkan perhatiannya. Hal tersebut bisa jadi saat milenial sering berpindah-pindah fokus, antara melihat chat atau email, dan bekerja. Akan tetapi, ternyata generasi Z justru lebih multitasking daripada generasi milenial. Hal ini karena generasi Z terbiasa hidup di dunia yang selalu terhubung dan mereka sering terpapar dengan pembaruan terus-menerus dari banyak aplikasi.
Generasi Z cenderung menganggap hal yang wajar ketika harus beralih fokus di antara mengerjakan tugas-tugas yang berbeda dan memberikan perhatian secara bersamaan pada hal-hal lainnya. Dengan gaya kerja seperti ini, tentu generasi Z lebih cocok bekerja di kantor atau perusahaan yang membutuhkan kemampuan multitasking.
Gen Z Menyukai Komunikasi Tatap Muka atau Secara Langsung

Perusahaan-perusahaan mungkin sudah terbiasa dengan karyawan milenial yang tidak ingin berkomunikasi secara langsung dan lebih memilih berkomunikasi melalui email atau Slack. Hal ini justru berbeda dengan generasi setelahnya yaitu gen Z. Generasi Z dilaporkan justru lebih menyukai berbicara secara langsung atau tatap muka.
Seperti yang dilansir dari Forbes, lima puluh tiga persen generasi Z mengatakan bahwa mereka lebih memilih diskusi melalui tatap muka daripada berkomunikasi via pesan instan atau email. Hal tersebut bukan karena tanpa sebab. Generasi Z menyukai tatap muka mungkin disebabkan oleh feedback negatif yang mereka terima oleh generasi milenial, bahwa mereka terlalu tergantung pada teknologi.
Gen Z Adalah Digital Native Sejati

Mungkin beberapa waktu yang lalu generasi milenial telah lama tergambar sebagai digital native. Namun, sebenarnya generasi milenial justru tumbuh di masa peralihan, di mana mereka sempat mengalami masa-masa menggunakan telepon rumah dan internet dial-up. Milenial sudah terbiasa dengan kemajuan yang membutuhkan waktu, dan mungkin sama bingungnya saat menggunakan aplikasi terbaru, seperti yang oleh generasi baby boomer alami.
Sebaliknya, gen Z justru telah lama hidup berdampingan di dunia smartphone dan Wi-Fi gratis. Bahkan, sembilan puluh dua persen di antara generasi Z yang ada sudah memiliki jejak digital.
Gen Z mudah berpindah antar platform dan teknologi serta beradaptasi dengan aplikasi baru dengan lebih cepat. Hubungan mereka dengan teknologi tampaknya semakin bersifat insting, daripada generasi milenial yang saat ini sudah berusia di akhir 30-an.