Minggu, 3 Agustus 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

7 Tanda Rekan Kerjamu Pasif-Agresif yang Perlu Diwaspadai

Kehadiran rekan kerja yang kurang menunjukkan etos kerja atau kurang inisiatif dapat mengganggu suasana di kantor. Namun, biasanya situasi semacam ini tidak akan berlangsung lama, karena atasan memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mengatasi orang-orang yang tidak dapat berkontribusi secara efektif dalam tim.

Namun, terkadang ada individu dengan perilaku pasif-agresif yang pandai bermain taktik sehingga sulit untuk mengidentifikasi ketidakinisiatifan mereka secara langsung. Untungnya, Anda masih dapat mengenali individu-individu yang membawa dampak negatif dalam tim dengan memperhatikan tanda-tanda berikut, sebagaimana dilansir oleh CNBC.

Mementingkan Diri Sendiri

Ilustrasi mengobrol
Seseorang yang cenderung pasif-agresif selalu berusaha mencari persetujuan atau validasi dari orang lain. Ketika mereka menyelesaikan sebuah tugas, alih-alih berpikir mengenai dampaknya pada organisasi tempatnya berada, mereka lebih fokus pada cara orang lain memandang dirinya.

Sekilas, mereka mungkin terlihat sebagai sosok yang kompetitif dan berorientasi terhadap hasil. Namun, jika melihat lebih jauh, hasil akhir yang mereka inginkan adalah untuk kepentingannya diri sendiri alih-alih kelompok.

Menginginkan Pengikut

Daripada menjadi pengikut atau bagian dari suatu tim yang bahkan tidak sejalan dengan prinsipnya, seseorang yang punya perilaku pasif-agresif cenderung mencari pengikut. Bahkan meskipun mereka sudah berada di dalam sebuah kelompok, mereka akan merasa perlu untuk menciptakan kelompoknya sendiri.

Memanipulasi Orang Lain

Ilustrasi/Foto: Unsplash/Tim Gouw
Orang dengan kecenderungan pasif-agresif akan menggunakan wawasannya yang luas agar bisa menarik perhatian orang-orang yang menurutnya dapat bermanfaat bagi kariernya. Mereka kemudian akan memanipulasi dan membentuk sekutu demi melancarkan tujuannya, tak peduli meskipun hal itu harus merusak agenda orang lain dan memberikan dampak buruk terhadap organisasi secara keseluruhan.

ilustrasi dua rekan kerja perempuan di kantor 

Memikirkan Hal Lain yang Bahkan Tidak Memengaruhinya

Karena terlalu fokus pada hal yang dilakukan orang lain dan bagaimana hal itu bisa memengaruhi dinamika kekuasaan dalam organisasi, orang dengan perilaku pasif-agresif cenderung tidak fokus pada pekerjaannya sendiri. Terutama jika hal yang dilakukan oleh orang lain itu berpengaruh buruk pada masa depannya.

Mereka cenderung menghabiskan waktu bekerja untuk mengurusi sesuatu yang berada di luar tanggung jawabnya atau melakukan aktivitas yang tidak bernilai bagi perusahaan. Bahkan ketika mereka terlihat sibuk, mereka biasanya tidak mengerjakan sesuatu yang bisa memajukan perusahaan.

Tidak Menyukai Pekerjaannya

Ilustrasi/Foto: Unsplash/Thought Catalog
Orang dengan kecenderungan pasif-agresif tidak menikmati pekerjaannya. Mereka bahkan mungkin berkhayal untuk meninggalkan pekerjaan atau keluar dari perusahaan tempat mereka bekerja saat ini.

Ironisnya, rasa kurang percaya diri yang mereka miliki biasanya membuat mereka tidak berani mencari kesempatan lain. Alasan yang mereka berikan atas perilaku itu biasanya adalah karena mereka tahu kemampuan mereka, apa yang bisa mereka dapatkan, dan bahwa ada kemungkinan mereka akan mendapatkan yang lebih buruk.

Mencari Sesama Haters

Ilustrasi/Foto: Unsplash/Magnet.me
Orang yang punya perilaku pasif-agresif gemar mencari kolega lain yang sama-sama memiliki keluhan serupa dengannya. Namun, mereka tidak pernah berusaha menemukan solusi yang bisa mengatasi hal yang mereka anggap tidak adil atau tidak efektif itu.

Jadi, alih-alih menyatukan kekuatan dengan koleganya untuk meningkatkan pengalaman kerja, orang dengan perilaku pasif-agresif mengumpulkan massa atau haters untuk menyebarkan energi negatif dan bersikap memusuhi terhadap organisasi.

Benci Ide Baru

Ilustrasi/Foto: Unsplash/JESHOOTS.COM
Karena rasa rendah dirinya, orang dengan perilaku pasif-agresif membenci ide dan informasi baru karena merasa terancam. Ketika menghadapi inisiatif demi kemajuan yang digaungkan oleh orang lain, mereka akan melihat hal ini sebagai ancaman bagi sumber kekuasaannya di lingkungan kerja.

Argumen yang mereka sampaikan untuk mengonfrontasi ide atau inisiatif dari orang lain biasanya adalah bahwa sudah pernah mencoba hal itu tetapi gagal. Pada akhirnya, hal ini membuat mereka tidak punya keinginan untuk membantu orang lain mewujudkan idenya tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles