Perbedaan antibiotik dan antivirius ini penting untuk kita mengetahuinya. Antibiotik dan antivirus adalah dua kategori obat yang terancang untuk menangani infeksi. Dengan perbedaan mendasar terletak pada jenis organisme penyebab infeksi dan jenis penyakit yang dapat teratasi oleh masing-masing obat.
Antibiotik efektif untuk mengatasi infeksi yang penyebabnya oleh bakteri, sementara antivirus terancang khusus untuk melawan infeksi oleh virus. Jenis obat ini bervariasi tergantung pada jenis infeksi dan kondisi kesehatan umum pasien. Untuk memahami lebih detail perbedaan antara keduanya, mari kita telaah lebih lanjut di bawah ini!
Perbedaan Antibiotik dan Antivirus yang Harus Kita Ketahui
Antibiotik dan antivirus dikelompokkan ke dalam subkelas berbeda berdasarkan cara kerjanya. Ini beberapa perbedaannya:
1. Cara kerja
Antibiotik
Masing-masing antibiotik memiliki cara kerja yang sedikit berbeda. Namun, secara umum antibiotik menghambat pembentukan dinding sel, mencegah pembentukan DNA bakteri, dan menghentikan pembentukan protein bakteri. Antibiotik dapat bersifat bakterisidal, membunuh bakteri langsung, atau bersifat bakteriostatik. Singkat kata, obat ini mampu menghentikan pertumbuhan bakteri. Pemilihan jenis obat yang tepat secara efektif dapat mencegah resistensi bakteri terhadap obat.
Antivirus
Antivirus adalah kelas obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi virus. Jenis obat ini dikelompokkan ke dalam subkelas berbeda berdasarkan cara kerjanya. Kebanyakan antivirus bekerja dengan mencegah virus memasuki sel sehat atau dengan menghambat replikasi DNA virus. Tidak seperti antibiotik, antivirus kebanyakan menghambat pertumbuhan dan replikasi virus dibandingkan membunuh patogen.
2. Jenis dan penyakitnya
Antibiotik
- Penisilin: Pneumonia, meningitis.
- Sefalosporin: gonore, meningitis, penyakit radang panggul, infeksi telinga, dan pneumonia.
- Tetrasiklin: jerawat, rosacea, demam berbintik, dan pneumonia.
- Makrolida: bronkitis, sinusitis, dan pneumonia.
- Fluorokuinolon: klamidia, gonore, dan konjungtivitis.
- Sulfonamida: infeksi telinga tengah dan infeksi saluran kemih.
- Glikopeptida: infeksi kulit, pneumonia, dan infeksi otak.
Antivirus
- Oseltamivir: meredakan gejala oleh flu (virus influenza).
- Peramivir: meredakan gejala flu (virus influenza).
- Penciclovir: mengatasi luka kulit akibat virus herpes.
- Bictegravir/Emtricitabine/Tenofovir: mengtasi human immunodeficiency virus dan acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS).
- Remdesivir, Veklury: untuk mengobati infeksi COVID-19.
- Nirmatrelvir/Ritonavir, Paxlovid: untuk mengobati infeksi COVID-19.
- Asiklovi: untuk luka herpes dan dapat mengobati herpes zoster atau herpes genital.
3. Efek Samping
Antibiotik
Kebanyakan antibiotik tidak menimbulkan masalah jika digunakan dengan benar, dan jarang menyebabkan efek samping yang serius. Efek samping yang umum meliputi:
- Merasa tidak enak badan.
- Kembung dan gangguan pencernaan.
- Diare atau feses cair.
Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap antibiotik, terutama jenis penisilin dan antibiotik jenis lain yang disebut sefalosporin. Hal ini akan menimbulkan efek samping yang dapat memicu reaksi alergi yang serius. Lalu, pada akhirnya dapat menjadi kondisi darurat medis. Segera hubungi unit gawat darurat jika:
- Mengalami ruam kulit yang ditandai dengan gatal, merah, bengkak, melepuh, atau mengelupas.
- Mengi atau napas berbunyi.
- Merasa sesak di area sekitar dada atau tenggorokan.
- Mengalami kesulitan bernapas atau berbicara.
- Pembengkakan pada mulut, wajah, bibir, lidah atau tenggorokan.
Antivirus
Efek samping dari obat antivirus berbeda-beda, tergantung jenis obat dan dosis penggunaannya. Umumnya pengguna mungkin saja mengalami:
- Batuk.
- Mulut kering.
- Diare.
- Pusing.
- Kelelahan.
- Sakit kepala.
- Insomnia.
- Nyeri sendi atau nyeri otot.
- Mual dan muntah.
Itulah perbedaan antara antibiotik dan antivirus. Ingat, penggunaan kedua jenis obat tersebut harus berdasarkan resep dan anjuran dokter. Jika tidak, bisa saja terjadi peningkatan gejala dari penyakit alih-alih sembuh.