10 penyakit akibat stres ini karena adanya tekanan mental jangan sampai kamu sepelekan. Jangan biarkan stres terus berlarut-larut. Sejumlah penyakit akibat stres bakal mengancam jika dibiarkan begitu saja. Setiap manusia pasti akan mengalami fase stres dalam hidupnya. Stres adalah respons tubuh dari tekanan yang muncul dalam kehidupan.
Dalam jangka pendek, stres dianggap normal dan tidak berbahaya selama Anda bisa mengendalikannya. Tapi, bagaimana jika stres berlangsung dalam jangka panjang? Stres jangka panjang bisa memicu efek yang berbeda. Stres seperti ini kerap disebut sebagai stres kronis.
Mengutip Everyday Health, stres kronis dapat menyebabkan perubahan pada tubuh. Dalam beberapa kasus, perubahan ini dapat menimbulkan kerusakan dan memicu penyakit.
10 Penyakit Akibat Stres
Berikut beberapa penyakit akibat stres yang perlu kamu waspadai, mengutip berbagai sumber.
1. Depresi dan kecemasan
Penelitian menemukan, stres kronis yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan gangguan mental yang lebih serius seperti gangguan kecemasan dan depresi. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam JAMA Network menemukan, 20-25 persen orang yang mengalami stres berat berujung pada depresi. Stres yang berkepanjangan membuat tubuh memproduksi hormon dan bahan kimia tertentu yang melanggengkan kondisi stres dan berdampak buruk pada organ lainnya.
2. Penyakit jantung
Stres kronis telah lama dikaitkan dengan memburuknya kesehatan jantung. Berdasarkan tinjauan analisis JAMA, ada beberapa cara stres berkontribusi terhadap penyakit jantung. Detak jantung yang lebih cepat dan penyempitan pembuluh darah merupakan manifestasi fisik dari respons kondisi stres. Hal ini terjadi karena meningkatnya hormon adrenalin, neoadrenalin, dan kortisol. Jika tubuh kamu biarkan dalam kondisi di atas dalam waktu lama, maka jantung dan sistem kardiovaskular lainnya bisa mengalami kerusakan.
3. Pilek
Stres dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit seperti pilek.
4. GERD
Bukan rahasia lagi, stres memang bisa memicu refluks gastroesofageal (GERD) dan masalah pencernaan lainnya. Stres dapat memengaruhi motalitas saluran pencernaan. Selain GERD, stres juga bisa memicu masalah pencernaan lain seperti sindrom iritasi usus besar, radang usus, diare, dan masih banyak lagi.
5. Rasa nyeri kronis
Beberapa kondisi nyeri kronis seperti migrain dan nyeri punggung bagian bawah bisa terpicu oleh stres. Nyeri punggung bagian bawah, misalnya, yang dapat memburuk saat otot-otot tubuh menegang kala stres. Sebuah penelitian yang terpublikasikan pada tahun 2021 mengkonfirmasi hubungan antara stres dan nyeri punggung bawah kronis. Peneliti menyimpulkan, dokter yang merawat pasien dengan nyeri punggung bawah juga perlu mengevaluasi tingkat stres pasien.
6. Penyakit autoimun
Banyak kondisi peradangan yang memperburuk oleh stres, termasuk di antaranya kondisi autoimun seperti multiple sclerosis, rheumatoid arthritis, lupus, dan psoriasis. Sebuah studi yang terbit di JAMA pada 2018 lalu menemukan, pasien dengan gangguan stres lebih mungkin mengalami gangguan autoimun.
7. Eksim
Eksim dan beberapa kondisi kulit lainnya bisa terpicu oleh stres. Mengutip Healthline, gara-garanya adalah lonjakan hormon kortisol yang terjadi saat stres. Saat tubuh sibuk memproduksi hormon kortisol, kulit bisa jadi sangat berminyak. Kondisi ini bisa memicu eksim. Sebuah penelitian pada tahun 2010 menemukan, stres membuat masalah kulit jadi sulit pulih. Stres juga dapat membuat eksim bertahan lama.
8. Obesitas
Mengutip WebMD, stres juga dapat memicu obesitas. Lagi-lagi hal ini terjadi karena lonjakan kadar kortisol saat stres. Peningkatan kadar stres dapat meningkatkan jumlah lemak yang tersimpan di perut.
9. Diabetes
Stres dapat memperburuk diabetes melalui dua cara. Pertama, stres dapat meningkatkan potensi pola makan yang buruk, seperti konsumsi makanan tidak sehat secara berlebih. Kedua, stres juga secara langsung dapat meningkatkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes tipe-2.
10. Penyakit Alzheimer
Penyakit akibat stres kronis berikutnya adalah Alzheimer. Hal ini terbukti dalam sebuah penelitian pada hewan. Penelitian menemukan, stres dapat memperburuk penyakit Alzheimer dan memicu lesi pada otak terbentuk lebih cepat. Beberapa peneliti berspekulasi bahwa mengelola stres berpotensi memperlambat perkembangan penyakit.