Cara mengajarkan anak tidak menjadi pembully di sekolah ini penting bagi para orangtua ketahui. Bullying merupakan perilaku agresif yang berulang dengan niat merugikan atau menyakiti orang lain, baik secara fisik, verbal, maupun psikologis. Kejahatan ini dapat terjadi di berbagai lingkungan, seperti di sekolah, tempat kerja, atau dalam lingkungan sosial. Bentuk-bentuk bullying melibatkan pelecehan verbal, perundungan fisik, penyebaran gosip, penghinaan, atau ancaman. Untuk mencegah terjadinya perilaku merugikan tersebut, ibu dapat melibatkan anak dalam proses pendidikan dengan mengikuti beberapa langkah di bawah ini!
Cara Mengajarkan Anak Tidak Menjadi Pembully di Sekolah
Bullying memiliki dampak serius pada kesejahteraan psikologis dan emosional korbannya. Ini juga dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman dan tidak menyenangkan bagi korban. Pencegahan bullying dapat dilakukan mulai dari lingkup pribadi seperti keluarga dengan beberapa tips di bawah ini:
1. Ajarkan anak empati
Pelaku bullying biasanya memiliki empati yang kurang baik terdapat orang lain. Oleh karena itu, pastikan ibu mendidik anak agar bisa menyadari dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Ibu bisa bertanya pada anak-anak tentang perasaan orang lain atau korban dalam situasi bullying. Ajarkan juga untuk menolong orang lain di situasi yang membutuhkan bantuan. Mengajarkan empati dapat mengembangkan dan membantu anak memproses emosinya. Jika sudah bisa mengidentifikasi perasaan sendiri, mereka akan lebih mampu mengidentifikasi perasaan orang lain.
2. Ajarkan agar untuk menghargai orang lain
Cara mendidik anak selanjutnya adalah memastikan mereka memperlakukan orang lain dengan baik. Ajarkan mulai dari cara yang sederhana, yaitu tidak boleh bersikap jahat meski mereka tidak menyukai seseorang. Dengan cara tersebut, anak bisa menahan perilaku yang bisa merugikan orang lain. Ajarkan juga cara mereka menyikapi perilaku jahat atau tidak menyenangkan yang orang lain lakukan pada mereka.
3. Jangan abai terhadap perilaku kasar
Pertengkaran sesama saudara kandung sebenarnya memang hal yang wajar terjadi. Di sini, ibu tidak boleh memihak salah satunya, meskipun perilaku kasar dilakukan oleh pihak yang benar. Pasalnya, perilaku kasar ini bisa berkembang di lingkup sekolah atau sosialnya, apalagi jika anak merasa benar. Sebaiknya dudukkan kedua pihak, lalu cari solusi dari masalah yang memicu pertengkaran.
4. Kenali teman-teman anak
Ibu bisa mengundang teman-teman anak untuk menghadiri acara makan-makan di rumah. Pelajari sikap, sifat, dan karakternya lewat obrolan santai bersama-sama. Ibu bisa mengobrol atau memberi masukan lebih dalam jika menemukan salah satu dari mereka merupakan seorang pembuli. Lakukan dengan cara yang santai tanpa menghakimi mereka.
5. Jelaskan arti bullying
Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. Misalnya, ‘Bullying itu seperti ketika seseorang dengan sengaja menyakiti orang lain.’ Ibu juga bisa menggunakan contoh nyata, seperti ‘Jika temanmu terus-menerus mengolok-olok atau menyakiti perasaanmu, itu bisa disebut bullying.’
Bullying tak hanya terjadi secara langsung, tapi juga bisa lewat media sosial anak. Bullying merupakan bagian dari pola perilaku menantang atau agresif. Anak-anak terkadang juga membutuhkan bantuan agar bisa belajar mengelola kemarahan dan rasa sakit hati, frustrasi, atau emosi lainnya.
Dengan cara didik dan pola asuh yang tepat, ibu sudah berperan dalam meminimalisir perilaku yang merugikan orang lain. Cara ini juga dapat mendukung perkembangan emosional dan perilaku positif.