Pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari Kamis (12/7/2023), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau.
Dalam perdagangan pasar spot, rupiah juga menguat. Pukul 9.16 WIB, IHSG berada pada level 6.813,15, naik 4,9 poin (0,07 %) dari penutupan sebelumnya pada level 6.808,2.
Sebanyak 264 saham berada di zona hijau, 185 saham berada di zona merah, dan 200 saham lainnya tidak bergerak sama sekali. Hingga saat ini, jumlah transaksi mencapai 1,5 triliun rupiah dengan volume 3,7 miliar saham.
William Hartanto, pendiri proyek White House, menyatakan bahwa IHSG mengakhiri pergerakan sideways yang selama ini dibatasi oleh supply zone 6.754. Dia memperkirakan bahwa penguatan IHSG hari ini dapat berlanjut hingga akhir pekan.
“Resistance breakout yang terjadi memungkinkan terjadinya fase retest, namun menurut kami hanya akan terjadi koreksi sehat yang menjadi peluang untuk menambah posisi saham.
Kami memproyeksikan IHSG berpotensi bergerak mixed cenderung menguat dalam range 6.754 – 6.843,” kata William dalam analisisnya.
Pasar saham Asia pagi ini melaju di zona hijau. Indeks Nikkei Jepang menguat 1,2 persen (399,69 poin) menjadi 32.343,6, indeks Komposit Shanghai China bertambah 0,96 persen (22 poin) di posisi 3.218,16.
Sementara itu, indeks Strait Times Singapura naik 1,5 persen (50,1 poin) pada posisi 3.225,53, dan Hang Seng Hongkong menguat 430,4 poin (2,28 persen) ke posisi 19.291,35.
Rupiah
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini juga bergerak di zona hijau. Menurut data Bloomberg, pada pukul 09.28 WIB, rupiah berada pada level Rp 14.974 per dollar AS, naik 100 poin (0,67 persen) dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.074 per dollar AS.
Menurut Ariston Tjendra, analis PT Sinarmas Futures, data inflasi konsumen AS bulan Juni, yang turun ke 3%, di bawah perkiraan 3,1%, dan sebelumnya 4%, mendorong penguatan rupiah.
“Rupiah berpotensi menguat lagi hari ini yang meningkatkan ekspektasi bahwa kebijakan suku bunga tinggi di AS akan segera dihentikan. Hari ini Potensi penguatan ke arah Rp 14.950- Rp 15.000 persen, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.100 per dollar AS,” ungkap Ariston.
Namun di sisi lain, probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS di bulan Juli ini masih besar dan mungkin terjadi.
Gubernur Jerome Powell sebelumnya telah memberikan sinyal bahwa kenaikan mungkin akan terjadi 2 kali lagi untuk menekan inflasi ke level target 2 persen.