Sabtu, 16 Agustus 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Ini Penyebab Industri Mode Masih Gagal Capai Sustainabillity

Coba bayangkan betapa panjangnya perjalanan yang ditempuh oleh sepotong pakaian mulai dari bahan mentah hingga berakhir di lemari Anda. Proses ini dimulai dengan pencarian dan pengambilan bahan baku, kemudian diolah menjadi benang, dipintal menjadi kain, dipotong, dan dijadikan pakaian sebelum akhirnya tiba di toko dan menarik perhatian Anda untuk dibeli. Rantai pasokan yang rumit ini melibatkan banyak tahap, dan terkadang melibatkan impor bahan kain dari luar negeri. Dalam proses yang panjang ini, berapa banyak orang yang terlibat dan seberapa besar emisi karbon yang dihasilkan?

Percakapan mengenai fashion berkelanjutan tidak pernah selesai! Industri mode telah menjadi salah satu penyumbang utama kerusakan lingkungan, baik dalam hal akumulasi limbah tekstil di tempat pembuangan sampah maupun dalam rantai pasokan yang melibatkan proses manufaktur dan distribusi dengan dampak emisi karbon yang signifikan.

Walaupun beberapa perusahaan besar dalam industri ini telah mengklaim berkomitmen untuk menjadi lebih ramah lingkungan, seringkali mereka belum memenuhi komitmen tersebut dengan transparansi yang memadai. Kenneth P. Pucker, mantan Chief Operating Officer Timberland, menguraikan bagaimana industri fashion telah gagal dalam mencapai tujuan keberlanjutan. Berikut ringkasannya.

Produksi Berlebihan

Produksi pakaian berlebihan/

Sepanjang pengalaman Kenneth sebagai eksekutif dalam industri fashion, lingkungannya selalu mementingkan strategi di mana keuntungan bisa ditingkatkan––bagaimana sebuah produk bisa bervariasi, lebih murah, dan lebih cepat produksi? Sistem yang diadopsi fast fashion inilah yang memiliki konsekuensi yang serius.

Berdasarkan data McKinsey & Co tahun 2016, Zara menghasilkan 24 koleksi pakaian per tahun, sedangkan H&M 12 hingga 16 koleksi. Di sisi lain, konsumen menyukai harga yang lebih murah dan variasi lebih banyak, tepat seperti yang ditawarkan oleh fast fashion ini. Alhasil, sisa pakaian yang tidak terjual dibiarkan menumpuk di pembuangan.

Jumlah Pakaian Tidak Mudah Terurai

Pakaian tidak mudah terurai/

Pakaian yang menumpuk di tempat pembuangan tidak cepat terurai oleh karena bahan kain yang tidak biodegradable. Contohnya, polyester dan cotton yang mendominasi produksi kain global. Polyester menjadi bahan dengan jumlah produksi nomor satu. Ironisnya, polyester diambil dari sumber yang tidak dapat diperbaharui, membutuhkan banyak sekali energi dalam proses pembuatannya, dan menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan.

Kurangnya Transparansi

Kurang transparansi/

Walaupun saat ini beberapa perusahaan telah mengeluarkan laporan CSR (Corporate Social Responsibility), belum ada bahasa dan kerangka laporan yang teregulasi. Selain itu, masih ada banyak brand yang tidak mengetahui atau berhubungan dekat dengan supplier-nya sehingga banyak laporan yang tidak menyertakan keseluruhan emisi karbon yang dihasilkan secara akurat.

Masalah Daur Ulang

Masalah daur ulang/

Menjadikan produk dari bahan daur ulang tidak mudah, hanya 1% yang dapat didaur ulang menjadi pakaian baru. Ketidakmampuan mendesain dalam skala besar untuk berbagai variasi produk, keterbatasan teknologi daur ulang, keterbatasan infrastruktur, serta hasil daur ulang berupa serat pakaian berkualitas lebih rendah tapi membutuhkan harga lebih mahal merupakan beberapa penyebabnya.

Lalu, bagaimana dengan kotak daur ulang yang saat ini mulai tersedia di toko fast fashion? Dilansir dari Science Line, Jessica Schriber selaku Founder FabScrap, yaitu perusahaan bergerak di bidang daur ulang mode, menyebutkan pakaian yang masih bagus dijual di thrift shop dan sebagian besar pakaian donasi dikirimkan dan menumpuk di negara berkembang.

Bisnis Model Baru

Bisnis model baru/

Usaha daur ulang, menjual baju preloved, rental baju, pemakaian kembali, dan perbaikan barang sudah diterapkan berbagai industri mode saat ini. Namun sayangnya, model bisnis tersebut masih belum cukup untuk memberikan dampak signifikan untuk bumi. Pada akhirnya, masih dibutuhkan usaha setiap individu untuk mengurangi konsumsi barang fashion, regulasi yang tegas dari pemerintah, dan laporan yang lebih kuantitatif dan akurat dari industri mode perlu diwajibkan.

Itulah sejumlah kendala mode berkelanjutan yang dihadapi industri fashion saat ini dilansir dari Harvard Business Review.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles