Kamis, 3 Juli 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Kecanduan Gula Bikin Anak Gampang Tantrum, Ini Alasannya!

Kecanduan gula bikin anak gampang tantrum ternyata ada alasan dari pakar gizi yang bisa menjelaskannya. Banyak orang tua menghadapi masalah ketika anak yang kecanduan gula menjadi lebih mudah tantrum atau mengalami ledakan emosi. Dalam situasi seperti ini, anak sering menunjukkan perilaku seperti keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, dan marah.

Salah satu penyebab utama anak mudah tantrum adalah kecanduan gula. Pakar gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen, M.Hum, menjelaskan bahwa anak yang kecanduan gula mengonsumsi banyak kalori kosong, yang dapat memicu perilaku emosional tersebut.

Kecanduan Gula Bikin Anak Gampang Tantrum, Ini Alasannya!

“Sebetulnya, bukan gula secara langsung yang menyebabkan anak tantrum, tetapi gula adalah penyumbang kalori kosong yang berlebihan dalam tubuh. Ketika anak mengonsumsi terlalu banyak kalori kosong, mereka cenderung melakukan apa saja agar kalori tersebut bisa keluar dari tubuh mereka.” ujar dr. Tan dalam diskusi daring pada Selasa (9/7/2024).

“Jadi kesannya anak tantrum gara-gara gula. Tapi bahasanya bukan begitu, dia tantrum gara-gara kalori,” sambungnya.

dr Tan menyarankan kepada para orang tua untuk lebih ketat lagi dalam mengawasi apa-apa saja yang dikonsumsi oleh anak. Mulai dari kudapan atau snack yang biasa dikonsumsi anak.

“Lalu ketika anak masih kecil, kudapan. Lebih baik bikin semar mendem daripada dikasih makanan manis. Lebih baik bikinin lumpia dadar telur daripada dibikinin bubur sumsum, ini salah satu contoh,” kata dr Tan.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri, lanjut dr Tan sudah memiliki batasan aman konsumsi gula. Di Indonesia sendiri, Kemenkes memiliki rumus ‘451’ yakni maksimal 4 sendok makan gula, 5 sendok makan minyak, dan 1 sendok teh garam.

Aturan batasan gula dari Health Organization (WHO) memiliki batasan maksimal mengonsumsi gula sederhana lebih dari 25 gram per hari.

“Tujuannya ini agar tidak sekadar diabetes, tapi untuk menghindari berbagai macam risiko di kemudian hari yang jangka panjang,” tutup dr Tan.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles