Seorang remaja pria AS dimasukkan ke dalam daftar hitam maskapai American Airlines karena diduga melakukan praktik skiplagging. Remaja itu dilarang terbang dengan American Airlines selama tiga tahun. Praktik skiplagging dianggap merugikan maskapai karena dianggap mengelabui maskapai untuk mendapatkan tiket lebih murah.
Menurut situs web Simple Flying, skiplagging adalah kebiasaan yang dilakukan penumpang pesawat saat memesan perjalanan, di mana mereka menunjukkan destinasi persinggahan mereka yang sebenarnya.
Contohnya, seorang pelancong ingin terbang dari Jakarta ke Yogyakarta, tetapi mereka memesan tiket transit dari Jakarta ke Surabaya atau bahkan singgah di Yogyakarta sebelum langsung meninggalkan bandara di sana.
Pelancong tidak melanjutkan terbang ke Surabaya, sehingga kursi penerbangan dari Yogyakarta ke Surabaya dibiarkan kosong. Praktik semacam ini disebut skiplagging. Skiplagging menguntungkan penumpang yang ingin memperoleh tiket murah, tapi membuat maskapai rugi.
Akibat aksi itu, American Airlines melarang remaja berusia 17 tahun itu terbang bersama mereka selama 3 tahun. Remaja itu dijadwalkan terbang dari Gainesville, Florida ke New York City dengan singgah di Charlotte.
Tuduhan American Airlines dibantah oleh ayah sang remaja, Hunter Parson. Menurut ayahnya, remaja itu bahkan belum mendapatkan boarding pass, tapi langsung dituduh maskapai itu akan kabur dan melakukan skiplagging.
American Airlines menyimpulkan sang remaja tidak lanjut terbang ke New York City, karena punya izin mengemudi di North Carolina. Ketika tiba di gerbang agen di Florida, petugas maskapai menggiring remaja itu ke ruang keamanan untuk ditanyai soal tujuan terbangnya.
Maskapai itu menuduh sang remaja berencana menggunakan tiket skiplagging seharga US$150. Sang ayah menjelaskan, keluarganya mesti membeli tiket penerbangan langsung yang baru seharga US$400 supaya anaknya bisa terbang ke Charlotte.
Sang ayah menuturkan, anaknya tidak tahu jika melakukan kesalahan. Dia menambahkan, keluarga tidak pernah menyalahgunakan tiket skiplagging yang mereka beli di platform seperti Skiplagged untuk menghemat uang.
“Kami selalu melakukan penerbangan sampai ke tujuan akhirnya. Tidak pernah sekalipun (bahkan sekarang) kami melewatkan penerbangan lanjutan atau kami tahu kami melanggar kontrak jika kami ‘seharusnya’ melakukannya,” jelasnya.