Rabu, 2 Juli 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Kenali Jenis dan Cara Kerja Emosi dalam Diri

Seringkali, emosi dianggap sebagai sesuatu yang seringkali berhubungan dengan perasaan negatif. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengalaman melihat orang-orang mengungkapkan emosi saat mereka marah, sedih, atau kecewa. Tetapi, sebenarnya, emosi jauh lebih kompleks daripada sekadar perasaan negatif.

Dalam konteks psikologi dan kejiwaan, emosi adalah suatu pola reaksi yang melibatkan beragam aspek, termasuk yang bersifat fisiologis, perilaku, dan pengalaman, yang digunakan untuk menghadapi berbagai situasi. Dengan kata lain, emosi adalah respons yang muncul sebagai reaksi terhadap berbagai peristiwa yang kita alami.

Cara Kerja Emosi

Lantas, bagaimana emosi bekerja? Pada otak, terdapat banyak sistem dengan tugasnya masing-masing. Salah satunya adalah sistem limbik yang bertugas untuk mengatur memori, perilaku, dan emosi seseorang. Sistem ini memiliki beberapa bagian dengan fungsi yang berlainan, termasuk amigdala, hipokampus, dan hipotalamus.

Ketika kamu mengalami suatu kejadian, sistem limbik akan mengirimkan impuls ke 3 bagian otak tadi. Impuls tersebut akan melalui sejumlah proses dan membuat kamu melakukan reaksi secara spontan. Contohnya, kamu langsung lari ketika mendengar suara aneh pada malam hari. Selain itu, sistem limbik juga dapat memengaruhi respons tubuh atau fisiologis, misalnya jantung menjadi berdebar, muncul keringat dingin, merinding, dan kulit yang berubah menjadi pucat.

Jenis Emosi

Seorang ahli kejiwaan Paul Ekman mengidentifikasi 6 jenis emosi dasar yang muncul pada manusia secara alami. Jenis tersebut adalah bahagia, sedih, jijik, takut, terkejut, dan marah.

1. Bahagia

Dari semua jenis emosi yang berbeda, kebahagiaan cenderung menjadi salah satu yang paling diperjuangkan seseorang. Kebahagiaan memiliki arti sebagai keadaan emosional yang menyenangkan yang muncul dengan ciri khas berupa perasaan puas, gembira, senang, dan sejahtera. Ciri dari emosi ini bisa kamu lihat ketika orang tertawa, tersenyum, menunjukkan gestur tubuh yang relaks, dan nada bicara yang ceria serta menyenangkan.

2. Sedih

Kesedihan adalah jenis emosi lain yang memiliki arti sebagai keadaan emosi sementara. Jenis ini sering muncul dengan perasaan kecewa, sedih, putus asa, tidak tertarik, dan suasana hati yang tertekan.

Seperti emosi lainnya, kesedihan adalah sesuatu yang terjadi pada semua orang dari waktu ke waktu. Beberapa kasus menunjukkan, seseorang dapat mengalami periode kesedihan berkepanjangan dan parah yang bisa berubah menjadi depresi. Kesedihan sendiri dapat diekspresikan dengan berbagai cara antara lain:

  • Menangis.
  • Suasana hati yang buruk.
  • Kelesuan.
  • Menjadi lebih pendiam
  • Menarik diri dari orang lain.

Jenis dan tingkat keparahan kesedihan dapat bervariasi tergantung pada akar penyebabnya, dan cara orang mengatasi perasaan tersebut juga dapat berbeda.

3. Takut

Ketakutan adalah jenis emosi yang kuat dan dapat memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup. Saat menghadapi bahaya dan merasa ketakutan, kamu mengalami apa yang selanjutnya populer sebagai respons melawan atau lari.

Otot-otot menjadi tegang, detak jantung dan pernapasan meningkat, serta pikiran menjadi lebih waspada. Semuanya mempersiapkan tubuh untuk lari dari bahaya atau berdiri dan melawan. Ekspresi dari jenis emosi ini dapat meliputi:

  • Ekspresi wajah seperti melebarkan mata dan menarik dagu ke belakang.
  • Reaksi fisiologis berupa napas cepat dan detak jantung meningkat.
  • Bahasa tubuh menunjukkan kesiapan untuk lari sesegera mungkin atau bersembunyi dari ancaman.

Tentu saja, tidak semua orang mengalami rasa takut dengan cara yang sama. Beberapa orang mungkin lebih sensitif terhadap rasa takut dan situasi atau objek tertentu lebih mungkin memicu emosi ini. Misalnya, orang-orang dengan gangguan kecemasan sosial yang terjadi karena situasi sosial.

4. Jijik

Kemudian, emosi yang menunjukkan rasa jijik terhadap sesuatu. Ini bisa berupa kondisi atau seseorang. Hal ini bisa muncul dalam beberapa cara, termasuk:

  • Bahasa tubuh yang menunjukkan rasa enggan dan segera berpaling dari objek yang menjadi pemicunya.
  • Reaksi fisik berupa muntah.
  • Ekspresi wajah seperti melengkungkan bibir atas dan mengerutkan hidung.

Rasa jijik bisa berasal dari beberapa hal, termasuk rasa, penglihatan, atau bau yang tidak enak. Peneliti percaya bahwa emosi ini berkembang sebagai reaksi terhadap makanan yang mungkin berbahaya atau fatal. Saat orang mencium atau merasakan makanan yang sudah tidak enak, rasa jijik adalah reaksi yang khas.

Kebersihan yang buruk, infeksi, darah, pembusukan, dan kematian juga bisa memicu respons jijik. Ini mungkin cara tubuh menghindari hal-hal yang mungkin membawa penyakit menular.

5. Terkejut

Terkejut biasanya cukup singkat dan muncul dengan respons kaget fisiologis setelah sesuatu yang tidak terduga. Jenis emosi ini bisa positif, negatif, atau netral. Kejutan yang tidak menyenangkan, misalnya, mungkin melibatkan seseorang yang melompat dari belakang pohon dan menakuti saat berjalan pada malam hari. Contoh kejutan yang menyenangkan adalah ketika kamu tiba di rumah dan mengetahui bahwa keluarga telah berkumpul untuk merayakan ulang tahunmu. Kejutan sering ditandai dengan:

  • Ekspresi wajah seperti mengangkat alis, melebarkan mata, dan membuka mulut.
  • Respons fisik melompat mundur.
  • Reaksi verbal berteriak, menjerit, atau terengah-engah.

Selain itu, terkejut juga bisa menjadi jenis emosi lain yang dapat memicu respons melawan atau lari. Saat terkejut, seseorang mungkin mengalami ledakan adrenalin yang membantu mempersiapkan tubuh untuk melawan atau melarikan diri.

6. Marah

Kemarahan bisa menjadi emosi yang sangat kuat yang muncul dengan perasaan permusuhan, agitasi, frustrasi, dan antagonisme terhadap orang lain. Seperti rasa takut, kemarahan dapat berperan dalam respons melawan atau lari pada tubuh.

Saat ancaman menimbulkan perasaan marah, kamu mungkin cenderung menangkis bahaya dan melindungi diri sendiri. Kemarahan sering muncul melalui:

  • Ekspresi wajah seperti cemberut atau melotot.
  • Bahasa tubuh mengambil sikap yang kuat atau berpaling.
  • Nada suara kasar atau berteriak.
  • Respons fisiologis, bisa berupa berkeringat atau memerah pada muka.
  • Perilaku agresif, seperti memukul, menendang, atau melempar benda

Sementara kemarahan sering dianggap sebagai emosi negatif, terkadang hal ini bisa menjadi sesuatu yang baik. Sebab, amarah bisa konstruktif dalam membantu mengklarifikasi kebutuhan dalam suatu hubungan, dan dapat menjadi motivasi untuk mengambil tindakan dan menemukan solusi untuk hal-hal yang mengganggu.

Namun, kemarahan bisa menjadi masalah jika berlebihan atau diungkapkan dengan cara yang tidak sehat, berbahaya, atau merugikan orang lain. Kemarahan yang tidak terkendali dapat dengan cepat berubah menjadi agresi, pelecehan, atau kekerasan. Biasanya, ini terjadi karena seseorang kurang tidur, stres dan depresi, dan mengalami kondisi medis tertentu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles