Selasa, 1 Juli 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Memahami Cancel Culture dan Dampaknya terhadap Mental

Memahami cancel culture ini penting untuk kita tahu dan bagaimana dampaknya bagi kesehatan mental. Penggunaan istilah cancel culture semakin meluas, terutama di kalangan netizen di berbagai platform media sosial. Cancel culture merujuk pada tindakan boikot terhadap seseorang sebagai bentuk ekspresi ketidaksetujuan dan memberikan tekanan sosial.

Umumnya, cancel culture menerapkan terhadap figur publik yang terlibat dalam skandal. Fenomena ini kerap kali mencuat di media sosial seperti X (sebelumnya Twitter) dan Instagram. Tidak hanya individu publik, belakangan ini, beberapa merek atau brand di seluruh dunia juga mengalami dampak cancel culture dari netizen.

Psikolog klinis dewasa, Utari Krisnamurthi, menjelaskan bahwa cancel culture dapat terjadi ketika nilai-nilai yang dianut oleh individu tidak lagi sejalan dengan nilai-nilai individu atau kelompok lain.

“Bagaimana jika brand yang kita gunakan atau kita ikuti tidak lagi memiliki nilai yang sama? Ada dua kemungkinan; pertama, ada individu yang, meskipun nilai berbeda, tetap mengikuti brand tersebut di media sosial dan terus membeli produknya,” terang Utari Krisnamurthi dalam acara Female Daily Future of Beauty Summit 2024 di The Westin Jakarta, Senin (26/2).

“Di sisi lain, ada juga kelompok yang memegang teguh nilai-nilainya. Jika nilai berbeda, individu ini akan mengakhiri keterlibatannya dengan brand yang bersangkutan. Inilah asal-usul dari cancel culture,” tambah Utari.

Memahami Cancel Culture dan Dampaknya terhadap Mental

Mengapa Seseorang Melakukan Cancel Culture?

Memahami Cancel Culture dan Dampaknya terhadap Mental

Lantas, apa alasan seseorang melakukan cancel culture? “Menurut sebuah penelitian di 2020, ada dua alasan mengapa seseorang melakukan cancel culture. Pertama, sebagai bentuk punishment atau hukuman terhadap seseorang yang memang pantas menerimanya. Kedua adalah memberikan individu yang bersalah atau yang di-cancel tanggung jawab,” papar Utari.

Menurut Utari, di Indonesia, kedua alasan tersebut bercampur menjadi yang namanya sanksi sosial.

“Kalau valuenya sudah berbedam bisa jadi akan ada cancel culture,” tutur Utari.

Dampak Cancel Culture terhadap Kesehatan Mental

Hindari kalimat menyuruh penderita depresi untuk terus berpikir positif (penderita depresi/Foto: pexels.com/Liza Summer)

Cancel culture bisa memengaruhi kesehatan mental individu yang terdampak. Menurut Utari, cancel culture sebenarnya serupa dengan bullying.

“Dampak cancel culture terhadap kesehatan mental seseorang bisa berupa anxiety, depresi, low self-esteem, terisolasi dari pergaulan, dan yang paling parah adalah suicide attempt atau percobaan bunuh diri,” ungkap Utari. Ketika kita atau orang yang kita kenal mengalami cancel culture, apa yang bisa dilakukan?

“Pertama, try to accept it atau cobalah menerima apa yang terjadi,” papar Utari. Seseorang mungkin akan berpikir “what if” atau bagaimana jika usai mengalami cancel culture, dan ini adalah respon otomatis.

Namun, menurut Utari, berpikir “bagaimana jika” hanya akan membuat seseorang menjadi semakin cemas. Oleh karena itu, cobalah untuk menyingkirkan pikiran itu dan menerima situasi yang terjadi.

“Kemudian, bisa melakukan self affirmation, seperti, ‘It’s okay to have have different opinion and perspective’, lalu jangan lupa untuk take a pause, nggak reaktif dengan apa yang terjadi di sekitar dan belajar dari kesalahan serta mendengarkan nasihat dari orang-orang yang penting di hidup kita,” ungkap Utari.

“Dan yang tak kalah penting juga, seek professional help if needed,” tutup Utari.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles