Pesan wasiat 3 jurnalis Palestina yang beredar di sosial media ini sangat menyayat hati para pembacanya. Jurnalis Palestina, terutama di Gaza, berperan besar dalam usahanya menyampaikan realitas serangan Israel yang terjadi setiap hari di wilayah tersebut. Dengan gigih, mereka terus membagikan foto, video, dan informasi kepada dunia sebagai bentuk dukungan untuk kemerdekaan Palestina.
Meskipun menghadapi genosida yang berlangsung lama, jurnalis-jurnalis ini tetap tegar dan penuh semangat dalam perjuangan mereka. Meskipun harus menghadapi beban berat akibat banyak kehilangan yang mereka alami. Berdasarkan unggahan Instagram Faris Saputra (@qomikin), yang mengambil sumber dari akun-akun jurnalis Palestina. Terlihat bahwa pesan yang ia sampaikan kemungkinan merupakan bentuk wasiat kepada dunia, menyiratkan bahwa mereka mungkin sudah pasrah jika harus berhenti menyebarkan informasi.
Pesan Wasiat 3 Jurnalis Palestina Ini Sangat Menyayat Hati
1. Motaz Azaiza

Motaz Azaiza merupakan seorang jurnalis Gaza yang kerap melaporkan kondisi di Gaza hampir setiap harinya. Namanya sudah tak asing lagi di publik sejak ia aktif melaporkan berita tentang Palestina di akun Instagram pribadinya. Ia bahkan dinobatkan sebagai “Man of The Year 2023” karena terus gigih melaporkan dan terjun ke lapangan dengan kondisi yang sangat berbahaya sebagai bentuk perjuangannya membela kemerdekaan negaranya tersebut.
Beberapa hari lalu, ia menuliskan pesan dalam akun media sosialnya bahwa dirinya sudah berada di fase untuk mencoba bertahan di tengah serangan Israel dan genosida.
“Fase mempertaruhkan segalanya untuk menyampaikan berita kepada anda telah berakhir, kini dimulailah fase mencoba bertahan. Aku sudah cukup banyak membawakan berita kepadamu (dunia), dan aku bersumpah demi Allah, itu demi-Nya, demi pengabdian kepada negaraku.
Tank-tank Israel mengepung Gaza tengah di ujung utara dan selatan. Situasi kami lebih mengerikan dari yang kamu (dunia) bayangkan. Kami adalah orang-orang yang menghadapi genosida, kami adalah kelompok yang berusaha untuk tetap bertahan hidup, sendirian”.
2. Ismail Jood

Sama seperti Motaz Azaiza, Ismail Jood juga merupakan jurnalis yang aktif melaporkan kondisi pilu di Gaza dalam unggahannya di media sosial. Ia juga turut mengunggah pesan yang seolah menjadi wasiat terakhir karena kondisi Gaza saat ini tengah terkepung oleh serangan Israel.
“Pesan terakhir kami: Wajah menjadi pucat, harapan hilang, dan kami tidak akan memaafkan mereka yang mampu mengatakan kebenaran namun tetap diam. Dunia ini telah membuktikan kepada kita, bahwa dunia ini adalah dunia yang munafik dan tercela, namun dunia kita berada di urutan kedua, tempat yang lebih adil, lebih aman, dan lebih diyakinkan oleh Sang Pencipta. Kami mengucapkan selamat atas kesyahidan anda semua, warga Gaza. Semoga Allah memberkati jiwa anda. Dan semoga laknat menimpamu, hai dunia yang munafik”
Ia juga mengunggah sebuah video di Instagram pribadinya tentang keputusasaan dirinya untuk menghentikan genosida yang Israel lakukan. “Jujur, kami tidak tahu harus melakukan apa atau mendokumentasikan bagaimana lagi untuk menghentikan perang ini. Semua tempat di Gaza adalah target, tidak ada tempat yang aman di Gaza. Selama anda di Gaza, anda adalah target”
Sambil berdiri di antara puluhan mayat yang bahkan sudah tidak ada tempat lagi, Ismail Jood melaporkan bahwa dalam satu hari saja, terdapat 50 korban meninggal yang tidak ada kaitannya dengan perang, anak-anak, wanita, hingga lansia menjadi korban gempuran terbaru Israel ke Deir el-Balah, Gaza.
3. Wizard Bisan

Wizard Bisan merupakan seorang jurnalis perempuan yang aktif membagikan kondisi di Gaza. Ia pun turut menuliskan pesan yang merupakan kepasrahannya karena serangan Israel tak kunjung usai 2 bulan terakhir ini.
“Saya tidak lagi memiliki alasan untuk bertahan hidup seperti awal genosida ini, dan saya yakin, saya akan mati dalam beberapa minggu atau beberapa hari ke depan. Saya menderita infeksi virus yang parah selama berhari-hari dan tidak bisa beranjak dari kasur.
Pesan saya kepada dunia: Anda bukannya tidak bersalah atas apa yang terjadi pada kami, anda sebagai pemerintah atau masyarakat yang mendukung pemusnahan Israel terhadap rakyat saya. Kami tidak akan memaafkanmu, kami tidak akan melupakan, bahkan jika kami mati, sejarah tidak akan terlupakan.
Pesan untuk teman-teman: Terima kasih dan para pendukung di seluruh dunia. Anda penuh kasih sayang dan sangat kuat. Kami meminta anda untuk tidak putus asa, meskipun dunia tampak tidak adil dan upaya anda belum menghasilkan gencatan senjata”.