Selasa, 15 Juli 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Review Film Losmen Bu Broto, Drama dan Kehangatan Keluarga

Banyak momen menarik yang dapat terjadi di sekitar meja makan. Suasana hangat, tawa, dan bahkan kadang-kadang konflik dapat muncul di saat-saat tersebut. Semua nuansa kehidupan sehari-hari ini dihidupkan dalam film “Losmen Bu Broto” yang merupakan hasil produksi dari kerja sama Paragon Pictures, Ideosource Entertainment, Ideoworks.id, dan Fourcolours Films. Film ini dijadwalkan akan dirilis di seluruh bioskop Indonesia pada tanggal 18 November 2021.

Film ini merupakan adaptasi dari serial berjudul “Losmen Karta Tatiek Malyati” yang mengisahkan kehidupan sebuah keluarga yang menjalankan sebuah losmen. Keluarga ini terdiri dari Bu Broto, Pak Broto, dan ketiga anak mereka, yaitu Pur, Sri, dan Tarjo. Di balik citra pelayanan yang tampak sempurna dalam mengelola losmen, terdapat konflik besar yang sudah lama terpendam dan menjadi inti cerita yang menarik.

Antara drama keluarga, ambisi, dan pembuktian

Losmen Bu Broto mengangkat masalah keluarga yang mungkin membuat kita bergumam: “Ah, saya juga mengalaminya!”. Diceritakan bagaimana Bu Broto (Maudy Koesnaedi), seorang perempuan berambisi untuk menjadikan losmennya jadi yang terbaik.

Semua posisi kunci dalam losmen dipegang anak-anaknya. Anak pertama, Pur (Putri Marino) menjadi juru masak sementara Sri (Maudy Ayunda), anak kedua mengurus semua operasional. Tarjo pun kebagian mengurus beberapa pekerjaan yang berurusan dengan hiburan di Losmen Bu Broto. Ia juga kerap menjadi travel guide untuk tamu yang datang.

Film ini dimulai dengan sebuah malam sempurna di Losmen Bu Broto. Pur tengah menyiapkan ikan asam kecombrang bersama kekasihnya, sementara Pak Broto, Bu Broto dan Tarjo menunggu Sri yang pulang manggung. Melihat Tarjo yang kelelahan, Pur meminta kekasihnya, Anton (Darius Sinanthrya) untuk menjemput Sri.

Ketika Pur datang dengan ikan asam kecombrang untuk disantap bersama, ia mendapat kabar bahwa Anton meninggal karena kecelakaan. Kabar itu didapat dari telepon Sri, yang sudah sampai di rumah dan sedikit kesal karena pulang sendirian. Kejadian ini yang membuat Pur terjebak dalam kenangan bersama kekasihnya. Pur jadi sosok yang ketus dan kerap mengisolasi dirinya dari banyak orang.

Ini juga yang jadi alasan Bu Broto lebih banyak mempercayakan operasional losmen ke Sri. Laiknya anak paling kecil, Sri adalah sosok pencari kebebasan. Ia memang bisa mengurus segalanya, tapi ia juga punya keinginan untuk menjadi penyanyi sukses. Pagi mengurus losmen dan malam berduet dengan Kirana (Danilla Riyadi), Sri bisa melakukan keduanya dengan sangat baik.

Sayangnya, Bu Broto kurang suka hobi Sri. Ia ingin Sri mengurus Losmen Bu Broto kelak, bukan jadi penyanyi. Bu Broto juga keberatan dengan hubungan Sri dengan Jarot (Marthino Lio). Jarot adalah seniman yang penampilannya sangat kontras bila dibandingkan dengan citra keluarga Pak Broto.

Semua masalah kian memuncak ketika Sri hamil. Segala pemicu masalah dalam keluarga pun kian terungkap. Konfilk soal bagaimana anak yang paling diandalkan justru mengecewakan hingga ibu yang ingin keluarganya terlihat begitu sempurna membuat suasana makin rumit.

Peran laki-laki di tengah dominasi perempuan

Satu hal yang paling menarik dari film ini adalah bagaimana penulis menyampaikan pesan soal peran laki-laki. Pak Broto jadi sosok penyeimbang Bu Broto yang luar biasa.

Pun dengan plot-twist soal Jarot yang belum bisa saya ungkapkan di sini karena spoiler. Losmen Bu Broto membuat porsi peran laki-laki dan perempuan dalam filmnya jadi seimbang.

Konfilk, makan malam, dan keluarga

Losmen Bu Broto

Pengalaman menonton Losmen Bu Broto yang paling menyita perhatian saya adalah soal meja makan dan keluarga. Hampir semua konflik terjadi di meja makan, rasanya Indonesia banget —dalam maksud positif.

Aneka makanan Indonesia dalam film ini juga jadi daya tarik tersendiri. Bagaimana penulis melibatkan ikan asam kecombrang dalam konflik juga sangat cerdas. Sederhana, tapi sangat mencuri perhatian.

Karakter kuat para pemain utama jadi kunci

Bila kamu membaca plot di atas, rasanya konflik yang ditimbulkan bisa ditebak. Mungkin, bila pemain utamanya tidak dipilih secara matang, maka film ini akan lebih mirip FTV.

Namun, peran Maudy Koesnaedi menjadi sosok ibu khas Indonesia membuat para penonton bisa relate dengan situasi yang digambarkan. Putri Marino juga mencurahkan begitu banyak emosi dalam perannya sebagai Pur.

Ia mampu membalikkan keadaan dengan begitu apik. Mulai dari kondisi berbunga-bunga, pahit karena kehilangan, hingga emosinya saat di posisi puncak.

Pun dengan Maudy Ayunda. Sosok belia ini punya daya tarik tersendiri dalam Losmen Bu Broto. Apalagi ketika ia harus menjadi sosok perempuan khas Jawa yang di sisi lain menuntut kebebasan. Sementara itu, sosok Mathias Muthus menjadi Pak Broto yang sangat bijaksana tak perlu diragukan lagi. Bisa jadi bikin kamu kangen bapak.

Losmen Bu Broto adalah film yang menarik untuk momen seru bersama keluarga. Nonton sendiri seru, tapi kayaknya lebih enak kalau kamu mengajak mereka yang ada di rumah. Film ini juga membuktikan bahwa konflik sederhana bisa sangat menyentuh bila para pemainnya menuangkan semua emosi mereka ke dalamnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles