“Perempuan di dunia Barat sering menyebutkan gejala vasomotor (yang umumnya terkenal sebagai sensasi panas) sebagai masalah menopause utama yang mereka hadapi. Sementara nyeri pada sendi menduduki peringkat kelima,” ujar Profesor Yong Eu Long, konsultan emeritus di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Universitas Nasional. Meskipun gejala hot flushes telah mendapat perhatian luas, penelitian tentang gejala artralgia masih terbilang terbatas.
2 Gejala Menopause yang Perempuan Asia Banyak Alami
Oleh karena itu, meskipun gejala hot flushes telah dipelajari secara luas, perhatian terhadap arthralgia masih relatif sedikit. “Meskipun artralgia menjadi salah satu keluhan yang paling sering terjadi, masih sedikit penelitian yang meneliti faktor risiko yang terkait dengan kondisi ini,” kata Prof Yong.
Para peneliti dari Program Kesehatan Wanita Terpadu (IWHP) NUH dan Fakultas Kedokteran Yong Loo Lin (NUS Medicine) di Universitas Nasional Singapura melakukan dua penelitian tentang gejala menopause tahun lalu, dengan fokus pada wanita Tionghoa, Melayu, dan India, tiga ras utama di Singapura.
Studi pertama menemukan bahwa 62,6 persen dari 1.054 wanita melaporkan setidaknya satu gejala artralgia sedang hingga sangat parah selama menopause. Sekitar 32,9 persen responden menyebutkan ketidaknyamanan sendi dan otot sebagai gejala utama yang mempengaruhi mereka secara signifikan.
Gejala lain yang biasa terjadi yakni:
Gangguan tidur: 27,5 persen
Kekeringan vagina: 20,3 persen
Kelelahan fisik dan mental: 19,6 persen
Sementara hot flushes, gejala yang paling sering dikaitkan dengan menopause, berada di urutan kelima dengan persentase 18,6 persen.
Penelitian kedua terhadap 1.120 perempuan menunjukkan hasil serupa, dengan sekitar 75 persen responden mengalami beberapa gejala arthralgia. Mayoritas mengalami nyeri sendi dan otot pada masa menopause.
“Kondisi tersebut bisa jadi karena kekurangan estrogen,” kata Prof Yong.