Strict parents adalah pola pengasuhan yang melibatkan orang tua yang menerapkan sejumlah aturan dan batasan ketat dalam pendidikan anak mereka. Kekakuan tersebut bisa mencakup berbagai aspek seperti perilaku, pilihan, aktivitas, ideologi, dan rutinitas.
Namun, penting untuk diingat bahwa definisi “ketat” tidak memiliki ukuran yang baku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna kata “ketat” adalah sesuatu yang memiliki sifat yang tegas dan tidak dapat diubah. Apakah Anda ingin mendalami lebih lanjut mengenai pola pengasuhan “strict parents”? Berikut ini adalah ulasan yang lebih komprehensif!
Pengertian Lebih Lanjut Mengenai Strict Parents
Dalam konteks pola asuh, penggunaan tegas juga masih bersifat samar-samar dan subjektif, karena belum ada pedoman formal mengenai pola pengasuhan. Definisi ketat sendiri berkembang dan cenderung merujuk pada pola asuh yang tidak bisa dinegosiasikan oleh anak, atau dapat dipahami sebagai otoriter.
Meski belum ada definisi formal strict parents, tetapi ada beberapa ciri umumnya. Salah satu cirinya adalah aturan ketat yang tidak bisa ditawar oleh anak. Aturan tersebut mencakup banyak hal mulai dari aktivitas, perilaku, dan lain sebagainya. Tak hanya itu, aturan yang diterapkan juga tidak bisa ditawar sehingga pergerakan anak semakin dibatasi.
Menerapkan aturan pada anak adalah hal yang wajar, tetapi orang tua yang terlalu strict akan memberikan aturan yang terkesan berlebihan. Aturan yang diterapkan oleh orang tua dengan pola asuh demikian biasanya diikuti dengan hukuman tertentu.
Bentuk hukumannya pun beragam, mulai dari ringan hingga berat. Hukuman yang lebih buruk lagi berupa hukuman fisik. Kondisi ini membuat anak tidak bebas berekspresi.
Ciri-Ciri Pola Asuh Strict Parents
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah ciri-ciri pola asuh strict parents:
1. Kontrol yang tinggi
Ciri-ciri orang tua yang strict adalah meliputi tingkat kontrol yang tinggi terhadap kehidupan anak-anak, termasuk pengawasan terhadap teman-teman dan aktivitas mereka.
2. Memiliki harapan yang tinggi
Orang tua strict sering memiliki harapan yang tinggi terhadap prestasi akademik dan perilaku anak-anak. Mereka mendorong anak-anak untuk selalu berusaha keras dan mencapai potensi terbaik mereka. Ini bertujuan untuk membentuk karakter yang kuat dan disiplin.
3. Kurangnya fleksibilitas
Ciri-ciri orang tua ketat termasuk kurangnya fleksibilitas dalam mengubah aturan atau memberikan izin tambahan. Mereka cenderung memegang teguh aturan yang telah ditetapkan tanpa banyak perubahan.
4. Tidak menoleransi kesalahan
Orang tua yang strict tidak menoleransi kesalahan dan memberikan hukuman. Orang tua dengan sikap demikian cenderung memberlakukan hukuman atau konsekuensi yang berat ketika anak melakukan kesalahan.
5. Bersikap dingin dan tidak responsif
Orang tua jarang menunjukkan empati terhadap perasaan dan kebutuhan anak. Ketika anak merasa sedih, marah, atau bingung, orang tua strict cenderung kurang mampu memahami dan merespons perasaan tersebut.
6. Menggunakan kata-kata kasar dan mempermalukan anak
Bisa jadi orang tua beranggapan dengan bersikap keras ke anak dapat membangun disiplin. Sehingga ini membuat orang tua strict kerap menggunakan kata-kata kasar dan mempermalukan anak supaya tidak mengulangi lagi kesalahan.
7. Tidak ada ruang berdiskusi buat anak
Tujuannya agar anak tidak perlu memberikan pendapat.
Dampak Strict Parents pada Kehidupan Anak
Setiap pola asuh dapat membawa dampak pada kehidupan anak. Begitu juga dengan pola asuh strict yang penuh tekanan ini. Berikut dampaknya:
1. Kepuasan hidup lebih rendah
Pola asuh yang terkesan otoriter ini dapat memengaruhi tingkat kepuasan hidup anak. Anak akan jadi lebih stres dan tertekan sehingga tidak bisa menikmati kehidupannya sehari-haril, karena penuh dengan aturan dan pengawasan penuh dari ayah ibunya.
Jurnal ilmiah berjudul The power of authoritative parenting: A cross-national study of effects of exposure to different parenting styles on life satisfaction yang dipublikasikan di Children and Youth Services Review, memuat hasil penelitian terhadap remaja usia 14 – 29 tahun di 10 negara di Eropa Tenggara. Penelitian tersebut mensurvei bagaimana kehidupan masa kanak-kanak yang diasuh oleh strict parents, berdampak pada kualitas kehidupan remaja di masa depan. Menurut hasil studi di atas, anak remaja yang mendapatkan pola pengasuhan “keras” merasa kurang lebih bahagia dan hidup penuh dengan tekanan.
2. Meningkatnya kecemasan dan depresi
Pola asuh ini bisa membuat anak ketakutan karena takut diberi hukuman atau kritik, bila mereka melakukan kesalahan atau tidak memenuhi ekspektasi orang tua. Hal ini bisa menciptakan ketegangan konstan dan kecemasan. Anak yang dibesarkan dengan ketat mungkin merasa tidak memiliki ruang untuk mengekspresikan perasaan, pendapat, atau kekhawatiran mereka. Ini bisa membuat mereka merasa terkekang dan tidak dihargai.
3. Kesulitan dalam mengambil keputusan
Orang tua yang selalu mengontrol dan mengatur segala sesuatu dalam kehidupan anak, dapat menghambat perkembangan kemampuan anak dalam mengambil keputusan. Anak mungkin tidak diberikan kesempatan untuk memikirkan konsekuensi tindakan mereka sendiri.
4. Tingkat intensitas konflik yang lebih tinggi
Anak-anak yang dibesarkan dengan beberapa aturan keras cenderung memberontak. Alasannya karena anak mungkin merasa bahwa aturan yang ketat yang diterapkan oleh orang tua, tidak adil atau terlalu membatasi kebebasan mereka.
5. Tidak bisa mengekspresikan diri
Orang tua yang ketat cenderung memiliki aturan yang sangat kaku dan kontrol yang tinggi terhadap anak-anak mereka. Hal ini membuat anak merasa tidak memiliki ruang untuk menyatakan pendapat, perasaan, atau ide mereka sendiri.