Mengenal COVID-19 varian JN.1 ini penting untuk kita ketahui karena memicu lonjakan kasus di beberapa negara. Varian baru COVID-19, JN.1, menjadi fokus utama penelitian dan pemantauan kesehatan global sejak pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada September 2023. Varian ini telah menyebar ke berbagai negara dan menyebabkan lonjakan kasus, termasuk di Amerika Serikat, Singapura, China, dan India.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat sedang melakukan studi mendalam untuk memahami sifat mutasi JN.1. Termasuk tingkat penularan, tingkat keparahan, dan respons vaksin terhadap varian ini. Upaya ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi efektif dalam mengatasi penyebaran varian baru dan melindungi kesehatan masyarakat secara global.
Mengenal COVID-19 Varian JN.1
CDC memproyeksikan bahwa varian JN.1 mencakup 15–29% di Amerika Serikat pada 8 Desember 2023. Angkanya diperkirakan terus meningkat seiring dengan proporsi rangkaian genom SARS-CoV-2. Sebelum varian JN.1 ini muncul, para ilmuwan mengidentifikasi varian BA.2.86 pada Agustus 2023. Mereka menemukan bahwa varian tersebut tampak sangat berbeda dari varian lain yang baru diidentifikasi.
Hal tersebut tentu menimbulkan kekhawatiran bahwa varian ini mungkin lebih berisiko menyebar dan menginfeksi manusia, bahkan pada orang yang memiliki kekebalan terhadap vaksin dan infeksi sebelumnya. Selanjutnya menyusul COVID-19 JN.1 satu bulan setelahnya, yaitu September 2023. Meski BA.2.86 dan JN.1 sangat berbeda dari segi penamaan, tetapi hanya terdapat satu perbedaan yakni pada protein lonjakannya (spike protein).
Spike protein pada permukaan virus inilah yang berperan penting dalam membantu virus menginfeksi manusia. Spike protein merupakan bagian dari virus yang menjadi target vaksin. Artinya, vaksin harus bekerja melawan JN.1 dan BA.2.86 dengan cara yang sama. Data ilmiah awal menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 2023-2024 yang diperbarui, dapat membantu mencegah penularan varian BA.2.86 atau pula JN.1.
Kenali Gejala Varian JN.1
Menurut CDC hingga saat ini belum diketahui secara pasti apakah infeksi JN.1 menimbulkan gejala yang berbeda dari varian lainnya. Karena secara umum gejala COVID-19 cenderung serupa antar varian. Melansir dari World Health Organization (WHO), pada umumnya gejala COVID-19 berupa:
- Demam.
- panas dingin.
- sakit tenggorokan.
Gejala yang kurang umum adalah:
- Nyeri otot dan lengan atau kaki terasa berat.
- Kelelahan.
- Hidung berair, tersumbat, atau bersin.
- Sakit kepala.
- Sakit mata.
- Pusing.
- Bssatuk baru dan terus-menerus.
- Dada sesak atau nyeri dada.
- Sesak napas.
- Suara serak.
- Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sakit perut atau diare.
Segeralah cari pertolongan medis bila mengalami gejala:
- Kesulitan bernapas, terutama saat istirahat.
- Kebingungan.
- Mengantuk atau kehilangan kesadaran.
- Rasa sakit atau tekanan yang terus-menerus di dada.
- Kulit menjadi dingin atau lembap, atau menjadi pucat atau berwarna kebiruan.
- Kehilangan kemampuan bicara atau bergerak.
Jenis dan seberapa parah gejala yang berlangsung tergantung pada sistem kekebalan tubuh serta kesehatan seseorang secara keseluruhan. Kini Kementerian Kesehatan RI sudah melaporkan sedikitnya 4 kasus COVID-19 JN.1 yang sudah masuk ke Indonesia. Kasusnya dominan ditemukan di wilayah DKI Jakarta, yakni Jakarta Selatan, Timur, dan Utara, masing-masing 1 kasus serta 1 kasus di Batam. Angka tersebut didapatkan dari identifikasi dari awal hingga pertengahan Desember 2023.