7 mitos tentang partisipasi perempuan di dunia kerja ini sering kali menjadi perbincangan. Partisipasi perempuan di dunia kerja dewasa ini memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Meskipun begitu, ketidaksetaraan masih sering terjadi, baik dalam hal pendapatan maupun adanya bias gender.
Meski kontribusi perempuan di dunia kerja memiliki dampak positif pada perekonomian. Namun masih ada beberapa mitos yang melabeli perempuan terkait partisipasinya di dunia kerja. Berikut adalah beberapa mitos tersebut menurut Women Deliver.
7 Mitos tentang Partisipasi Perempuan di Dunia Kerja
Berinvestasi pada Perempuan Tidak Membuahkan Hasil Apapun

Kenyataannya, riset yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute menunjukkan apabila porsi perempuan berpartisipasi di dunia kerja setara dengan pria, PDB global pada tahun 2025 akan bertambah sebesar 26 persen atau sejumlah 28 triliun USD. Jadi, memberi kesempatan setara pada perempuan di dunia kerja justru akan meningkatkan PDB global.
Isu Ketidaksetaraan Gender Tidak Lagi Relevan di Negara Maju

Meski saat ini kesempatan dan partisipasi perempuan di berbagai sektor sudah semakin baik, tak dipungkiri ketidaksetaraan masih saja terjadi. Contohnya di Amerika Serikat, hanya ada 66 perempuan untuk setiap 100 pria pada posisi pemimpin atau manajerial, dan hampir dua kali lipat perempuan melakukan pekerjaan perawat tidak berbayar dibandingkan pria. Sedangkan di Eropa, melansir dari European Parliament, kesenjangan gaji antara perempuan dan pria masih menjadi masalah utama kedua (43 persen) terkait ketidaksetaraan gender. Hal ini menandakan bahwa mencapai kesetaraan gender adalah pekerjaan bagi setiap negara.
Alokasi Pendapatan Perempuan Tidak Jauh Berbeda dengan Pendapatan Pria

Berdasarkan survey dari HerMoney dan Alliance for Lifetime Income di tahun 2022 pada lebih dari 1.000 perempuan. Sebanyak 94 persen dari mereka turut berkontribusi dalam mengatur keuangan rumah tangga, investasi, dan rencana pensiun. Bahkan, lebih dari setengah perempuan tersebut memegang peran primer untuk kondisi finansial dan investasinya. Artinya, pendapatan perempuan akan menginvestasikan juga pada keluarga dan komunitasnya.
Perempuan Bekerja Lebih Sedikit daripada Pria

Faktanya, perempuan bukan bekerja lebih sedikit ketimbang pria, namun pekerjaan mereka kerap kali tidak terbayar dan tidak terdaftar. Menurut laporan dari McKinsey Global Institute, di beberapa negara seperti Asia Timur, Timur Tengah, dan Afrika Utara, perempuan menanggung hampir 90 persen pekerjaan perawatan yang tidak berbayar. Hal inilah yang sebaiknya menjadi perhatian ke depannya.
Ketidaksetaraan Berakhir Ketika Pendapatan Perempuan Meningkat

Bukan sekedar peningkatan pendapatan, namun bagaimana kontrol perempuan terhadap pendapatan itulah yang membantu tercapainya pemberdayaan ekonomi. Contohnya pada program Brazil’s Bolsa Familia yang memberikan bantuan tunai langsung pada perempuan kepala rumah tangga. Hasil dari program tersebut adalah pengurangan ketidaksetaraan hingga 25 persen dan 16 persen penurunan kemiskinan ekstrim di Brazil.
Tidak Perlu Kelompok Perempuan untuk Pembangunan Ekonomi

Realitanya, kelompok-kelompok perempuan seperti koperasi, kelompok petani, asosiasi bisnis dan serikat pekerja sering kali menjadi satu-satunya jalan untuk mencapai pembangunan ekonomi keberlanjutan bagi perempuan di seluruh dunia. Hadirnya kelompok perempuan dapat membantu tiap perempuan untuk memaksimalkan sumber daya, mengelola risiko, berinovasi dan bereksperimen, membangun keterampilan dan kapasitas, mengajari dan belajar satu sama lain, hingga mendapatkan informasi penting terkait informasi pasar hingga kecukupan nutrisi, perencanaan keluarga, dan kesehatan reproduksi.
Kebijakan Ramah Keluarga dan Berbasis Gender Tidak Layak Menjadi Investasi

Mengutip dari UNICEF, kebijakan yang ramah keluarga dan berbasis gender memberikan banyak sekali manfaat, mulai dari sektor pemberian asi pada ibu bekerja, bisnis, manfaat pada anak, perawatan anak dan keluarga yang bekerja, cuti berbayar pada orang tua, dan pemberdayaan ekonomi pada perempuan.
Hal ini diperkuat dengan data yang terhimpun oleh Reward and Employee Benefits Association. Menemukan bahwa hampir 6 dari 10 perusahaan (59 persen) menyatakan bahwa kebijakan ramah keluarga sangat penting bagi strategi talenta mereka selama 3 tahun. Selain itu, hampir dua pertiga pemberi kerja (65 persen) menawarkan tunjangan ramah keluarga karena sejalan dengan visi misi perusahaan.
Keseluruhan data ini menunjukkan fakta bahwa memberikan kesempatan yang setara pada perempuan di dunia kerja sangat bermanfaat bagi kesejahteraan keluarga dan pertumbuhan ekonomi. Jadi, jangan ragu untuk memulai kariermu sendiri, ya!