Candi Ratu Boko Jogja merupakan salah satu situs arkeologi yang merupakan warisan dari Wangsa Sailendra, yang berasal dari Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-8 M. Terletak sekitar 8 Km di selatan Candi Prambanan dan 18 Km di timur pusat Jogja, situs ini memiliki ciri unik. Berbeda dengan situs-situs arkeologi peradaban Jawa Kuno yang biasanya berupa bangunan keagamaan, Candi Ratu Boko sebenarnya diduga dahulunya adalah sebuah keraton.
Pendapat ini diperkuat oleh beberapa fakta. Pertama, situs ini tidak memiliki unsur religius seperti candi-candi pada umumnya. Selain itu, Candi Ratu Boko memiliki fitur-fitur seperti pintu gerbang masuk, area tempat tinggal, pendopo, kolam pemandian, dan bahkan pagar pelindung. Di sekitar situs ini juga dapat ditemukan parit kering serta dinding benteng yang mengindikasikan struktur pertahanan yang kuat. Tidak hanya itu, sisa-sisa pemukiman penduduk juga ditemukan di sekitar wilayah situs Ratu Boko, menambah nilai historis dan keunikannya.
Raksasa Pemakan Manusia
Nama “Ratu Boko” pada candi ini diambil dari kisah legenda masyarakat di sekitar terkait Prabu Boko yang merupakan ayah dari putri Roro Jonggrang. Dikisahkan, Prbu Boko adalah sosok raksasa pemakan manusia. Setiap hari para prajuritnya diutus untuk mencari manusia sebagai santapan. Jika sang prajurit gagal maka gantinya ia yang akan dilahap oleh Prabu Boko.
Teror tersebut membuat banyak penduduk yang merasa sangat ketakutan dan mencari perlindungan ke kerajaan tetangga yang penguasanya murah hati. Raja mengutus putranya yaitu Bandung Bondowoso untuk membunuh Prabu Boko yang kejam. Pertempuran sengit berlangsung selama sepuluh hari, dan akhirnya Prabu Boko pun kalah di tangan Bandung Bondowoso.
Kematian Prabu Boko membawa kedamaian bagi rakyatnya. Tak disangka, Bandung Bondowoso justru jatuh cinta dengan putri sang raksasa yang ia bunuh, Roro Jonggrang. Saat melamar, Roro Jonggrang tak berani menolak, oleh karena itu diajukan syarat yang tidak mungkin dapat dipenuhi, yaitu meminta Bandung Bondowoso membangun 1.000 candi dalam semalam.
Roro Jonggrang jelas tidak ingin menikah dengan orang yang membunuh ayahnya. Roro Jonggrang terkejut, dengan bantuan kekuatan ghib, ternyata Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan pekerjaannya membangun 1.000 candi hanya dalam semalam. Khawatir, Roro Jonggrang menyuruh dayangnya memukul lesung dan membakar jerami agar seolah sudah pagi.
Para jin yang membantu Bandung Bondowoso ketakutan kemudian kabur. Sebanyak 999 candi telah diselesaikan. Bandung Bondowoso yang marah besar karena ditipu mengutuk Roro Jonggrang menjadi patung batu untuk melengkapi candi ke-1.000. Sosok Roro Jonggrang yang dikutuk merujuk pada arca Durga Mahisasuramardhini di kompleks situs Candi Prambanan.
Kisah legenda ini tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena tak memiliki bukti ilmiah yang menguatkan. Legenda ini merupakan cerita rakyat yang tersebar melalui mulut ke mulut. Dalam sejarah panjang dari Kerajaan Mataram Kuno, tidak ditemukan penguasa yang bernama Prabu Boko, Bandung Bondowoso, maupun Roro Jonggrang seperti dalam legenda.
Candi Ratu Boko Istana?
Konpleks Candi Ratu Boko Jogja sangat luas, diawali gapura tiga pintu, dan kolam luas berpagar keliling di belakangnya. Struktur yang sangat berbeda dari candi umumnya membuat pendapat bahwa Candi Ratu Boko dahulu merupakan istana semakin kuat. Meskipun demikian banyak juga yang tak sependapat dan menganggap situs ini sebagai tempat peribadatan agama.
J.L.A Brandes seorang filolog asal Belanda menyebut bahwa situs Ratu Boko adalah gua pertapaan yang luas serta kuil yang berkaitan. N.J. Krom tidak sependapat, menurutnya gua-gua tersebut terlalu sempit untuk disebut gua biara. Namun ia juga mengatakan bahwa sebagian besar memang dipakai untuk tempat ibadah, seperti pendapat W.F. Stutterheim, arkeolog Belanda.