Sabtu, 5 Juli 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Alasan Ratusan Mayat di Gunung Everest Tidak Dievakuasi

Gunung Everest, yang dapat dianggap sebagai tujuan suci bagi para pencinta petualangan gunung, menyajikan tantangan yang tak terbayangkan. Berdiri megah dengan puncaknya yang memuncak hingga ketinggian 29.035 kaki, setara dengan lebih dari 8.800 meter di atas permukaan laut, Everest adalah gunung tertinggi di dunia.

Namun, pendakian ke puncaknya tidak boleh dianggap enteng. Everest adalah tempat yang penuh risiko dan bahaya, dengan setiap pendaki menghadapi potensi bahaya dan kematian selama perjalanan berhari-hari menuju puncak tertinggi di planet ini.

Sejarah pendakian Everest telah disertai dengan lebih dari 310 kematian sejak eksplorasi pertamanya dimulai pada awal abad ke-20. Tingginya angka kematian ini telah membuat pemandangan mayat di Everest menjadi hal yang tidak jarang terjadi di gunung ini.

“Sulit percaya apa yang saya lihat di atas sana,” tulis pembuat film Everest, Elia Saikaly di Instagram pada Mei 2019. “Kematian. Pembantaian. Kekacauan. Antrean. Mayat dalam perjalanan.”

Pada tahun 2015, longsoran salju melanda Everest, menewaskan sedikitnya 19 orang. Namun, jumlah kematian pendaki sepanjang 2023 telah melampaui angka tersebut, apalagi tahun ini akan menjadi tahun terpadat di Everest.

Everest/Phurba Tenjing Sherpa/Handout via REUTERS

Nepal telah mengeluarkan 463 izin kepada orang yang ingin mendaki Gunung Everest. Jika ditambah sherpa yang mendampingi pendaki, berarti ada sekitar 900 orang akan berusaha mencapai puncak gunung tersebut pada musim pendakian 2023. Ini merupakan rekor jumlah pendakian terbanyak.

Ketika pendaki meninggal di Everest, sulit untuk memulangkan jenazahnya. Menurut laporan Business Insider, mayat pendaki terakhir yang dipulangkan menghabiskan biaya puluhan ribu dolar (dalam beberapa kasus, sekitar US$70.000) atau hingga Rp1 miliar. Tak cuma biayanya yang sangat mahal, prosesnya juga berbahaya dan bisa berakibat fatal. Dua pendaki asal Nepal tewas saat mencoba mengambil jenazah dari Everest pada tahun 1984. Karena alasan inilah, jenazah sering kali dibiarkan tergeletak di gunung.

Lhakpa Sherpa, pemegang rekor sebagai wanita yang paling banyak mencapai puncak Everest, mengatakan dia melihat tujuh mayat dalam perjalanan ke puncak gunung pada tahun 2018.

Selama bertahun-tahun, ada kisah legenda yang sering diceritakan para pendaki Everest. Mereka bercerita tentang seorang pria mati yang mereka sebut “Sepatu Boots Hijau” yang beberapa kali terlihat tergeletak di sebuah gua sekitar 1.130 kaki dari puncak Everest.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles