Pada tanggal 18 Maret 2021, Presiden Joko Widodo secara resmi meresmikan Bandara Toraja, yang sebelumnya dikenal sebagai Bandara Buntu Kunik, yang terletak di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Melalui siaran yang disampaikan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Jokowi menyampaikan harapannya bahwa bandara ini akan berkontribusi besar dalam menggerakkan perekonomian daerah, menciptakan lapangan kerja baru, dan menghidupkan sentra-sentra ekonomi yang baru.
Proses pembangunan Bandara Toraja dimulai sejak tahun 2011 untuk menggantikan Bandara Pongtiku di Ratentayo, namun pembangunannya sempat mengalami hambatan. Pada masa kepemimpinan Presiden Jokowi, pembangunan bandara ini kembali digalakkan pada tahun 2018, dengan tahap pertama dilakukan oleh pemerintah pusat dan selesai pada pertengahan tahun 2020. Kini, Bandara Toraja melayani penerbangan reguler oleh dua maskapai, yaitu Wings Air dan Citilink, dengan rute penerbangan antara Makassar-Toraja dan sebaliknya.
Total luas Bandara Toraja mencapai 141 hektar, dan tahap awal pembangunannya mencakup landasan pacu sepanjang 1.600 meter yang dapat digunakan oleh pesawat jenis ATR, apron seluas 94,5 x 67 meter, serta taxiway seluas 124,5 x 15 meter. Pada tahap selanjutnya, panjang landasan pacu akan diperpanjang menjadi 2.000 meter untuk melayani pesawat yang lebih besar seperti Boeing 737. Selain itu, bangunan terminal dengan luas 1.000 meter persegi telah dibangun dengan kapasitas menampung hingga 150 penumpang. Dengan keberadaan Bandara Toraja, diharapkan akan terjadi peningkatan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di daerah tersebut.
Tiga bukit dipangkas untuk membangun landas pacu Bandara Toraja sepanjang 2.000×30 m. Bandara inilah yang baru saja saya resmikan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Bandara ini penting untuk mendorong konektivitas dan pariwisata setempat. pic.twitter.com/Ay5ov7qlSe
— Joko Widodo (@jokowi) March 18, 2021
Perubahan Nama Bandara Toraja
Seperti yang disinggung di awal, sebelumnya Bandara Toraja bernama Bandara Buntu Kunik. Perubahan ini merupakan hasil kesepakatan antara pemerintah kabupaten dengan sejumlah tokoh adat dari 19 kecamatan di Tana Toraja. Setelah disepakati, nama Bandara Toraja kemudian diusulkan kepada DPRD untuk ditetapkan dalam rapat paripurna. Selanjutnya diusulkan ke pemerintah provinsi lalu ke Kementerian Perhubungan.
Bandara Toraja dibangun dengan memangkas tiga bukit di kawasan Tana Toraja. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan pembangunan bandara ini sangat sulit karena terkendala kondisi topografi yang curam. Sebanyak tiga bukit dipangkas untuk membangun landasan pacu sepanjang 2.000 meter. Pada tahun 2021 pembangungannya masih akan dilanjutkan untuk memotong obstacle bukit di sisi landasan pacu.