Di Jembrana, Bali, Delman terancam punah. Apakah atraksi wisata dapat mempertahankan alat transportasi yang ditarik oleh kuda ini, yang hanya beroperasi di sekitar Pasar Umum Negara?
Saat ini hanya ada tiga delman yang tersisa, padahal dulu ada sekitar 100 delman yang beroperasi di Gumi Makepung, atau Jembrana. I Gusti Putu Gita, yang menjadi kusir sejak 1970, memilih untuk tetap menjadi kusir karena ingin melestarikan delman.
Putu Gita mengatakan kepada detikBali, Minggu (16/7/2203), “Agar anak-anak mengetahui sebelum ada transportasi modern, dokar menjadi alat transportasi dengan menggunakan tenaga kuda.”
Penumpang dokarnya adalah pedagang di Pasar Umum Negara, kata Putu Gita. Karena mereka membawa banyak uang, mereka naik delman.
“Jadi saya tidak bisa menggunakan ojek,” katanya.
Penumpang lainnya, Putu Gita melanjutkan, adalah masyarakat yang ingin berkeliling kota naik delman. Dia mematok tarif Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu untuk berkeliling kota. Besaran ongkos itu tergantung dengan jarak.
Putu Gita mengungkapkan banyak kawannya sesama kusir telah menjual dokar dan kuda mereka karena jumlah penumpang yang terus menyusut. Selain itu, faktor usia membuat para kusir bendi itu berhenti.
I Ketut Sudiardana, salah satu warga Jembrana, sedih lantaran jumlah delman di daerah tersebut terus berkurang. Pria berusia 37 tahunitu berharap pemerintah bisa melestarikan delman dengan menjadikannya angkutan di objek wisata.
“Biar dokar tidak punah,” tutur anak kusir delman tersebut.
Sudiardana menerangkan dulu penghasilan ayahnya sebagai kusir delman cukup untuk menyekolahkan dirinya. Bahkan, dari alat transportasi tradisional itu, ia bisa menjadi tentara.