Jenis kekerasan dalam rumah tangga ternyata bukan hanya kekerasan fisik saja. Mewujudkan rumah tangga yang bahagia dan harmonis merupakan impian bagi setiap pasangan. Namun, kenyataannya, ada berbagai faktor yang dapat memicu retaknya hubungan, salah satunya adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Kasus KDRT baru-baru ini mencuat ke permukaan, mengenai dr. Qory Ulfiyah Ramayanti. Viral sebelumnya karena dinyatakan hilang oleh suaminya, Willy Sulistio, dr. Qory tinggal di kawasan Naggewer, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kejadian itu terjadi sejak Senin (13/11) pagi.
Dalam perkembangan selanjutnya, terungkap bahwa dokter yang sedang hamil enam bulan itu sebenarnya sengaja melarikan diri dari rumahnya. dr. Qory mencari perlindungan di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A) karena merasa tak aman di tengah ketakutan akan suaminya.
Willy Sulistiyo pun ditetapkan sebagai tersangka KDRT. Namun belakangan, dr. Qory dikabarkan akan mencabut laporan hukum terhadap suaminya. Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Teguh Kumara mengatakan, alasan ibu tiga anak itu berencana mencabut laporan karena masih menyayangi suaminya dan menganggap insiden kekerasan yang terjadi akibat emosi yang memuncak.
Terlepas dari kasus yang dialami oleh dr. Qory, dewasa ini sering kali KDRT hanya diartikan sebatas perlakuan kasar yang menyebabkan cedera fisik saja. Padahal, KDRT bukan hanya sebatas kekerasan fisik saja lho. Ada banyak jenis kekerasan dalam pernikahan yang mungkin belum disadari oleh banyak orang.
Penasaran apa saja jenis KDRT yang bukan hanya kekerasan fisik saja? Yuk, simak ulasan berikut!
5 Jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga
Pelecehan Finansial

Pelecehan finansial atau penyalahgunaan keuangan adalah salah satu bentuk KDRT, yang mana pelaku mencoba mengambil kendali penuh atas semua keuangan. Membatasi akses korban ke rekening bank, atau menggunakan uang tanpa izin dan sudah masuk sebagai penyalahgunaan keuangan. Mengutip dari laman Healthline, pelecehan keuangan ini juga dapat mencakup pengambilan kartu kredit atau membuat hutang dalam jumlah besar tanpa persetujuan, sehingga merusak stabilitas keuangan korban.
Pelecehan Emosional

Pelecehan emosional dan verbal mencakup perilaku yang meremehkan, merendahkan, atau memanipulasi orang lain secara emosional. Hal ini bisa berupa aliran komentar negatif yang terus-menerus mengikis harga diri si pasangan yang menjadi korban. Selain itu, pelaku kekerasan dapat mengeksploitasi kelemahan korban, memanipulasi emosi untuk mendapatkan kendali, atau sering mengancam untuk meninggalkan atau melukai diri sendiri. Hal itu menimbulkan rasa takut dan rasa bersalah pada diri korban.
Meskipun pelecehan emosional sering kali bersifat verbal, pelaku juga kerap menggunakan bahasa tubuh yang seolah mengintimidasi dan mengancam atau memasang ekspresi wajah yang menjijikkan untuk merendahkan korban.
Pelecehan Psikologis

Bentuk KDRT yang satu ini memiliki dampak yang cukup besar. Pelecehan psikologis berupaya untuk menanamkan rasa takut atau manipulasi pikiran pada diri korban. Sang pelaku mungkin menggunakan taktik intimidasi, seperti melayangkan ancaman atau menunjukkan perilaku kekerasan. Mereka bisa mengisolasi korban dengan membatasi interaksi korban dengan teman atau keluarga. Dalam kasus yang lebih ekstrim, pelecehan psikologis mungkin termasuk penguntitan, yang mana terus-menerus menyerang privasi korban.
Kekerasan Seksual

Menyadur dari laman Massion Australia, kekerasan pelecehan seksual dalam suatu hubungan melibatkan segala bentuk aktivitas seksual tanpa persetujuan. Meski sudah sah menjadi pasangan suami istri, hubungan seksual dalam pernikahan tetap harus dengan persetujuan kedua belah pihak. Bukan hanya memaksa, melakukan penghinaan yang merendahkan martabat seksual juga termasuk ke dalam jenis kekerasan seksual dalam rumah tangga.
Pelecehan Spritual

Pelecehan spiritual dalam pernikahan terjadi ketika salah satu pasangan menggunakan keyakinan agama atau spiritualnya untuk menggunakan kekuasaan atas pasangannya. Perlakuan seperti ini oleh orang tua juga mungkin terjadi, dan hal ini dapat membuat seseorang menjadi korban pelecehan spiritual dalam pernikahannya ketika mereka mencapai usia dewasa. Contoh pelecehan spiritual dalam perkawinan dapat berupa penggunaan doktrin agama atau kitab suci untuk meyakinkan pasangan agar berperilaku tertentu. Misalnya, pasangan mungkin mengutip suatu bagian dari kita suci yang mereka yakini akan memaksa pasangannya untuk mematuhi otoritas mereka.
Nah, itu dia deretan jenis kekerasan dalam rumah tangga yang bukan hanya kekerasan fisik saja. Stop kekerasan dalam hubungan!