Kesalahan meracik matcha yang membuat manfaatnya berkurang ini penting untuk kamu tahu. Matcha kini banyak terkonsumsi berkat manfaat sehatnya. Namun, agar kamu bisa mendapatkan manfaat maksimal dari matcha, hindarilah kesalahan berikut saat meraciknya.
Matcha adalah teh hijau bubuk yang terbuat dari tanaman Camellia sinensis. Berbeda dengan teh hijau biasa, daun teh untuk matcha menanam di tempat teduh untuk menghalau sinar matahari, sehingga warnanya menjadi lebih gelap. Proses ini juga membuat profil nutrisi matcha menjadi unik dengan kandungan asam amino dan kafein yang lebih tinggi.
Dalam pengolahannya, seluruh bagian daun teh hijau, sehingga matcha memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi. Menurut ahli gizi Kimberley Wiemann yang mengutip dari HuffPost, penggunaan seluruh daun teh ini meningkatkan kandungan antioksidan dalam matcha.
Matcha mengandung epigallocatechin gallate (EGCG), bentuk fitokimia paling kuat yang terkenal sebagai katekin. Penelitian menunjukkan bahwa antioksidan dalam matcha memiliki berbagai manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan metabolisme, menurunkan berat badan, serta mengurangi peradangan dan stres oksidatif yang bisa menyebabkan penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.
Ahli gizi Liza Richards juga menjelaskan bahwa matcha mengandung kafein dan asam amino L-Theanine yang membantu peminumnya merasa tenang namun tetap terjaga. Setiap cangkir matcha mengandung sekitar 70 mg kafein.
Untuk memastikan kamu mendapatkan manfaat maksimal dari matcha, simak beberapa kesalahan yang harus kamu hindari saat meraciknya dalam ulasan berikut ini.
Kesalahan Meracik Matcha yang Membuat Manfaat Berkurang
Matcha memang punya segudang manfaat sehat, tapi hal itu bisa jadi sebaliknya jika salah meracik. Mengingat rasa pahit matcha yang kuat dan menyerupai rumput, banyak orang menambahkan susu dan sirup perasa.
Racikan seperti itulah yang bikin matcha kurang menyehatkan. Bahkan ketika matcha diracik hanya dengan air panas, hanya 16-20% katekin matcha dapat terserap kek aliran darah karena sifat larutnya yang buruk, kata peneliti makanan Bryan Quoc Le.
Namun, katekin yang tidak masuk ke aliran darah tetap bermanfaat untuk saluran pencernaan. Hanya saja menambahkan susu dapat menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap katekin. “Penurunan bioavailabilitas katekin (setelah menambahkan susu) sekitar 5%, jadi dari 16% menjadi 11%,” kata Le.
Ia menambahkan minum matcha dengan susu membuat tubuh sulit memecah protein karena penghambatan yang terjadi. Kondisi ini tidak terjadi jika teh yang dinikmati tidak terlalu tinggi katekin seperti matcha.
Le mengatakan mengganti susu sapi dengan susu nabati saat meracik matcha tidak membuat perbedaan besar. Jenis susu seperti almond dan oat memiliki komponen kimia yang tetap berinteraksi dengan katekin. Mengganti susu sapi dengan susu nabati juga menimbulkan konsekuensi lain. Kandungan protein minuman jadi berkurang, meski penyerapan katekin bisa bertambah.
Jadi, jenis susu mana yang terbaik? “Pada akhirnya, ini soal (nutrisi) mana yang Anda pilih, Anda tidak bisa mendapatkan semuanya dalam hal ini,” kata Le.