Selasa, 1 Juli 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sejarah Hak Pilih Perempuan dalam Pemilu di Berbagai Negara

Sejarah hak pilih perempuan dalam pemilu di berbagai negara ini perlu kita ketahui. Tahukah kamu bahwa pada awalnya, perempuan tidak memiliki hak suara dalam pemilihan umum? Terdapat beberapa alasan kuno yang melatarbelakangi ketidakberadaan hak pilih perempuan pada masa itu.

Berdasarkan informasi dari situs Canada’s History, banyak yang beranggapan bahwa anggapan perempuan sebagai makhluk yang lemah, mudah terdistraksi, dan tidak stabil secara mental. Selain itu, partisipasi perempuan dalam pemilihan umum dapat mengganggu pekerjaan domestik mereka. Untuk melawan stereotip ini, gerakan feminis di seluruh dunia memperjuangkan hak pilih perempuan. Mari kita kenali sejarah hak pilih perempuan di berbagai negara yang telah melansir dari berbagai sumber.

Sejarah Hak Pilih Perempuan dalam Pemilu di Berbagai Negara

1. Selandia Baru – 1893

Selandia Baru menjadi negara pertama di dunia yang memperbolehkan perempuan untuk memilih di pemilihan parlemen. Hal ini terjadi di tahun 1893 setelah tokoh-tokoh feminis seperti Kate Sheppard memperjuangkan hak perempuan selama bertahun-tahun. Mengutip dari Te Ara, Kate berjuang melalui penyebaran pamflet, menulis opini di koran, hingga berbicara di umum. Atas jasanya, Kate Sheppard menjadi tokoh pahlawan di lembaran uang $10 Selandia Baru.

2. Finlandia – 1906

Sejarah Hak Pilih Perempuan dalam Pemilu di Berbagai Negara

Di kawasan Eropa, Finlandia adalah negara pertama yang memberikan hak pilih perempuan sejak tahun 1906. Mengutip Business Insider, perempuan yang berusia minimal 24 tahun pertama kali menggunakan hak pilihnya pada pemilihan parlemen di tahun 1907. Saat ini, usia minimum untuk memilih dalam pemilihan umum di Finlandia adalah 18 tahun.

3. Inggris – 1918

Melalui Representation of the People Act di tahun 1918, perempuan Britania Raya dapat menggunakan hak pilihnya. Namun, aturan itu hanya mengacu kepada perempuan yang berusia di atas 30 tahun dan telah menikah atau memiliki properti. Gerakan Suffragette pada abad tersebut sangat mendominasi Inggris. Menyadur dari Museum of London, kelompok militan Women’s Social and Political Union (WSPU) gencar memperjuangkan hak perempuan selama bertahun-tahun. Berbagai cara telah mereka lakukan, dari seni hingga merusak properti publik. Perjuangan mereka terbayarkan di tahun 1918 walau itu sangat terbatas. Di tahun 1928, Inggris menurunkan minimal umur yakni 21 tahun untuk pemilih pria maupun perempuan. Untuk saat ini, rakyat Britania Raya bisa memilih dengan usia minimal 18 tahun.

 

4. Amerika Serikat – 1920

Sejarah Hak Pilih Perempuan dalam Pemilu di Berbagai Negara

Melalui Amandemen ke-19 yang disetujui di tahun 1920, perempuan Amerika berkulit putih dapat menggunakan hak pilihnya. Namun, masih banyak perempuan kulit berwarna yang belum mendapatkan kesetaraan dalam hal tersebut. Melansir Teen Vogue, sejarah hak pilih perempuan di Amerika Serikat melalui tahapan yang panjang. Perempuan suku asli Amerika baru dapat memilih di tahun 1924, imigran China di tahun 1943, dan perempuan Latinx serta berkulit hitam di tahun 1965.

5. Saudi Arabia – 2015

Jika Selandia Baru adalah negara pertama, Saudi Arabia adalah negara terakhir yang mengijinkan perempuan untuk menggunakan hak pilihnya. Di tahun 2015, untuk pertama kalinya perempuan ikut mencoblos dan mencalonkan diri di pemilihan umum. Saudi Arabia memang terkenal dengan beberapa peraturan ketat untuk perempuan. Selain nggak boleh ikut pemilu, awalnya perempuan juga sempat tidak diperbolehkan untuk menyetir mobil.

Itu dia penjelasan sejarah hak pilih perempuan di berbagai negara. Kini, hak pilih perempuan sudah diakui. Oleh karena itu, gunakan hak pilihmu dengan bijak dalam pemilihan umum nanti

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles