Selat Muria akan muncul lagi setelah 300 tahun hilang ini viral di media sosial. Narasi ini muncul setelah beberapa kota di pesisir Jawa Tengah, seperti Demak, Pati, dan Kudus, terendam banjir. Dahulu kala, Selat Muria memisahkan antara Pulau Jawa dan Gunung Muria. Namun, selat ini telah lama menghilang, sekitar 300 tahun yang lalu, dan berubah menjadi daratan.
Ketika narasi ini menjadi ramai, seorang pakar geologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eko Soebowo, angkat bicara. Menurutnya, penurunan tanah di wilayah tersebut merupakan hal yang mudah terjadi. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa Selat Muria bisa muncul kembali. Namun, penyebabnya bukanlah banjir yang terjadi saat ini.
“Erosi yang terjadi bisa terjadi karena materialnya itu mudah mengalami penurunan bila terbebani. Wilayah seperti Semarang dan daerah pantai utara masih rentan mengalami subsidence karena material bawah tanahnya belum sepenuhnya mengalami proses kompaksi,” ujar Eko seperti yang mengutip dari CNN Indonesia pada Kamis (21/3/2024).
Selat Muria Akan Muncul Lagi Setelah 300 Tahun Hilang
Lebih lanjut, Eko menjelaskan penurunan permukaan tanah di wilayah Semarang, Demak, dan sekitarnya bervariasi dengan intensitas tertinggi mencapai 10 sentimeter per tahun, seperti yang terjadi di wilayah Semarang timur.
Nah, faktor perbedaan penurunan tanah ini tergantung dengan tipikal tanah di daerah masing-masing dan faktor pendukung penurunan tanah yang ada di wilayah tersebut. Adapun faktor penurunan muka tanah terbagi menjadi dua, yakni faktor alami dan faktor antropogenik atau dampak aktivitas manusia.
Selain itu, eksploitasi air tanah juga merupakan faktor dominan yang bisa menyebabkan penurunan hingga 7-8 sentimeter per tahun. Lalu, Eko menyebutkan bahwa kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim juga bisa menyebabkan Selat Muria berpotensi muncul kembali.
Selat Muria Bukan Karena Banjir
Eko mengatakan banjir bukan faktor penyebab kembalinya Selat Muria. Ia mengatakan banjir malah akan membuat daratan menjadi lebih tinggi.
“Kalau soal banjir, justru malah banjir itu mengisi sedimentasi di daerah selat tersebut. Dari Muria, dari selatan Demak, selatan Semarang, semua sungai-sungainya kan bermuara di daerah pantura,” ujar Eko.
“Itu kan membawa material, membuat pendangkalan. Tetapi banjir bukan menyebabkan terjadi selat lagi,” lanjutnya.
Selain itu, banjir akan membawa sedimen ke wilayah terdampak dan hasilnya meningkatkan ketinggian daratan tersebut.