Tanda pelecehan seksual pada anak ini penting bagi orang tua pahami dan bagaimana cara menyikapinya. Kekerasan dan pelecehan seksual dapat menimpa siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa memandang usia. Bahkan anak-anak pun rentan mengalami tindak kejahatan semacam itu.
Berbeda dengan orang dewasa yang bisa mengomunikasikan pengalaman mereka terkait kekerasan atau pelecehan seksual. Anak-anak seringkali cenderung memendamnya dan mungkin tidak menyadari bahwa perlakuan yang mereka alami sebenarnya merupakan tindak kejahatan.
Menurut spesialis anak Dr. Meita Dhamayanti, jika seorang anak mengalami kekerasan atau pelecehan seksual, mereka biasanya menunjukkan tanda-tanda kepribadian negatif seperti menghindar, kehilangan keceriaan, dan mudah marah.
“Dulu ceria, sekarang menghindar terhadap orang dewasa, bahkan terhadap ayahnya misalnya, mungkin takut. Jika anak perempuan kecil mengeluh sakit saat buang air kecil, ini juga harus diperhatikan.” ujar Dr. Meita dalam sebuah webinar daring yang diadakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
“Perubahan perilaku yang signifikan, kesulitan tidur, enggan bergaul, atau bahkan menolak pergi ke sekolah. Semuanya bisa menjadi tanda-tanda yang perlu diwaspadai,” tambahnya.
Tanda Pelecehan Seksual pada Anak dan Cara Menyikapinya
Orang tua, lanjut dr Meita, harus lebih aktif berkomunikasi dengan anak secara terbuka. Seperti menanyakan kegiatannya di sekolah atau aktivitasnya seharian. Namun, hal ini tergantung dengan umur sang anak, jika sudah remaja maka orang tua harus lebih aktif menjaga lingkaran pertemanannya.
Salah satu pekerjaan rumah yang cukup sulit dilakukan oleh orang tua adalah menghilangkan trauma pasca-pelecehan seksual. Menurut dr Meita, akan butuh waktu lama untuk anak mendapatkan kembali keberaniannya.
“Akan butuh waktu lama. Apalagi pada anak kecil dampaknya akan sangat lebih panjang, kalau dibandingkan dengan anak yang lebih besar. Mungkin karena memang secara usia perkembangan anak yang usianya lebih besar sudah bisa mengelola emosi,” kata dr Meita.
“Ini perlu waktu lama (menghilangkan trauma) perlu dukungan dari sekitarnya, lingkungan terdekat, orang terdekat,” sambungnya.
Lebih penting, dr Meita menegaskan untuk tidak mengungkit-ungkit atau bertanya soal kejadian pelecehan atau kekerasan seksual pada anak. Hal ini, menurutnya merupakan kekerasan terhadap korban kekerasan seksual.
“Apabila kita ekspos, kita cari dalam hal ini korban, kita tanya berkali-kali, kita ungkap berkali-kali itu justru kita telah melakukan kekerasan pada korban kekerasan. Kalau ada seperti ini harus berhati-hati ” tutup dr Meita.