Ketika bayi mengalami kesulitan buang air besar (BAB) tiba-tiba, para orang tua sering kali merasa cemas. Ibu mungkin menganggap bahwa kesulitan BAB pada bayi disebabkan oleh fakta bahwa Si Kecil hanya mengonsumsi air susu ibu (ASI). Namun, pertanyaannya adalah, apakah bayi benar-benar bisa mengalami kesulitan BAB meskipun hanya mengonsumsi ASI?
Polanya dan frekuensi BAB pada bayi bisa menjadi indikator penting untuk memahami kesehatan mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk terus memantau dan memerhatikan segala perubahan yang mungkin terjadi, termasuk perubahan warna atau tekstur tinja serta seberapa sering Si Kecil BAB dalam satu minggu.
Adalah hal yang normal jika bayi jarang buang air besar, terutama saat mereka hanya mengonsumsi ASI. Namun, perlu diberikan penjelasan lebih lanjut tentang fenomena ini.
Alasan Bayi Susah BAB Ketika Hanya Mengonsumsi ASI
Kondisi bayi susah BAB saat hanya mengonsumsi ASI sebenarnya tergolong normal dan tidak perlu kamu khawatirkan. Bukan tanpa alasan, hal itu terjadi karena komposisi ASI yang masuk ke dalam tubuh akan dibagi.
Tubuh bayi akan memanfaatkan kandungan dari ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Nah, sisa dari pembagian itulah yang nantinya akan dikeluarkan dari tubuh melalui BAB.
Karena hampir semua zat dalam ASI digunakan, jumlah yang dikeluarkan dalam bentuk feses atau BAB cenderung sedikit. Itulah yang menjadi alasan bayi ASI jarang atau susah BAB. Bayi umumnya akan mengeluarkan tinja beberapa kali dalam seminggu, tapi tidak ada patokan khusus.
Namun, frekuensi buang air besar pada bayi ASI biasanya akan berbeda dengan bayi yang diberi susu formula. Bayi yang mengonsumsi susu tambahan berupa susu formula biasanya akan lebih sering BAB.
Apa Penyebab Bayi 0 Bulan Susah BAB?
Bayi baru lahir sangat rentan mengalami konstipasi. Lalu, apa yang menyebabkan bayi 0 bulan susah BAB? Berikut penyebabnya:
1. Adaptasi sistem pencernaan
Adaptasi sistem pencernaan menjadi salah satu alasan bayi 0 bulan mengalami kesulitan BAB. Kondisi ini cukup normal terjadi. Namun, pastikan ibu tetap memperhatikan kondisi kesehatan bayi.
2. Asupan susu formula
Pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir juga bisa menjadi alasan bayi baru lahir kesulitan BAB. Ibu bisa tanyakan langsung pada dokter anak mengenai jenis susu formula yang cocok dengan bayi.
3. Mengalami perut kembung
Anak-anak yang mengalami perut kembung akan rentan mengalami kesulitan BAB. Untuk mengatasi perut kembung, ibu bisa memijat lembut area perut, memutar kaki dengan gerakan melingkar, hingga melakukan burping.
4. Mengalami gangguan pencernaan
Bayi yang mengalami gangguan pencernaan juga berisiko mengalami kesulitan BAB. Ada beberapa gejala yang perlu diperhatikan, seperti menjadi lebih rewel, mual, muntah, hingga dehidrasi.
5. Mengalami dehidrasi
Bayi susah BAB bisa menandai bahwa dirinya mengalami kondisi dehidrasi. Hal ini terjadi saat tubuh kekurangan air, maka usus besar akan menyerap air dari sisa makanan yang ada di dalam usus.
Hasilnya, feses akan menjadi keras dan sulit untuk dikeluarkan. Untuk itu, pastikan ibu memberikan ASI atau susu formula lebih banyak agar kondisi kesehatan bayi membaik dan terhindar dari konstipasi.
6. Mengidap penyakit tertentu
Pada beberapa kasus, sembelit pada bayi bisa mengindikasikan adanya penyakit tertentu.
Ada beberapa gangguan kesehatan yang menyebabkan bayi susah BAB, seperti:
- Gangguan masalah saraf pada bagian usus.
- Masalah penyakit pada sumsum tulang belakang.
- Defisiensi tiroid.
7. Mulai mengonsumsi makanan padat
Saat bayi memasuki usia 6 bulan ke atas, bayi akan mengonsumsi MPASI. Meskipun tahap pertama MPASI yang diberikan memiliki tekstur cair, biasanya sistem pencernaan bayi juga perlu beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi makanan yang baru.
Pastikan ibu memberikan asupan serat yang cukup agar bayi terhindar dari konstipasi. Namun, hati-hati, sebab terlalu banyak serat juga bisa memicu sembelit pada bayi.
Bagaimana Ciri-Ciri Bayi Susah BAB
Meski kondisi ini sebenarnya adalah hal normal, susah buang air besar pada bayi juga tidak boleh dianggap sepele.
Sebab, kondisi ini bisa saja menjadi gejala dari gangguan kesehatan, misalnya konstipasi pada bayi.
Sebenarnya, konstipasi jarang terjadi pada bayi yang mengonsumsi ASI eksklusif, tapi bukan berarti tidak mungkin.
Bayi juga rentan mengalami konstipasi saat sudah mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI).
Ada beberapa tanda bayi mengalami konstipasi, di antaranya:
- Jarang buang air besar, yaitu kurang dari 2 kali dalam satu minggu.
- Kesulitan dan merasa tidak nyaman saat buang air besar.
- Tinja susah keluar, hal ini umumnya terjadi karena feses keras dan kering.
- Perut bayi menjadi lebih keras saat disentuh.
- Bayi tidak memiliki keinginan untuk menyusu atau menolak diberi ASI.