Waktu yang tepat mengeluarkan zakat fitrah ini wajib bagi kita sebagai Muslim mengetahuinya. Zakat fitrah merupakan kewajiban zakat yang harus oleh setiap umat Islam keluarkan selama bulan Ramadan. Kapan tepatnya waktu untuk membayar zakat fitrah?
Menurut kutipan dari buku “Fikih Sunnah” karya Sayyid Sabiq, zakat fitrah wajib bagi seluruh umat Islam. Termasuk anak-anak dan orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Ada hikmah penting di balik kewajiban zakat fitrah ini, yaitu untuk membersihkan orang yang berpuasa dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia dan tercela, serta untuk memberikan bantuan kepada fakir miskin.
Dasar hukum ini juga memperkuat dengan sebuah hadits oleh Abu Daud, Ibnu Majah, dan Daraquthi dari Ibnu Abbas RA. Beliau menyampaikan:
“Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai bentuk penyucian bagi orang yang berpuasa sekiranya di dalam puasanya terdapat perbuatan sia-sia dan kata-kata kotor, dan sebagai makanan bagi orang miskin. Barangsiapa yang membayarnya sebelum salat hari raya, maka ia merupakan zakat yang diterima (di sisi Allah), dan yang membayarnya setelah salat hari raya, maka ia menjadi sedekah sebagaimana sedekah yang lain.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan Daraquthi)
Waktu yang Tepat Mengeluarkan Zakat Fitrah
Masih melansir dari sumber sebelumnya, waktu mengeluarkan zakat fitrah sesuai kesepakatan para ulama fikih yaitu akhir bulan Ramadan. Akan tetapi, terdapat perbedaan pendapat mengenai batasan waktu wajib tersebut.
Tsauri, Ahmad, Ishaq, Syafi’i dalam pendapatnya versi baru (qaulul jadid), dan Malik berpendapat waktu wajib untuk mengeluarkan zakat dimulai ketika terbenamnya matahari pada malam hari raya. Sebab, waktu tersebut merupakan waktu berakhirnya puasa Ramadan.
Adapun Abu Hanifah, Laits, Syafi’i dalam pendapatnya versi lama, dan Malik berpendapat waktu wajib untuk mengeluarkan zakat fitrah adalah ketika terbit fajar pada hari raya.
Selain akhir bulan Ramadan, diperbolehkan pula mengeluarkan zakat fitrah lebih awal, yaitu satu atau dua hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Hal tersebut disandarkan pada salah satu hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar RA. Ia berkata,
“Kami diperintahkan oleh Rasulullah SAW supaya mengeluarkan zakat fitrah sebelum orang-orang keluar untuk menunaikan salat hari raya.” (HR Bukhari)
Nafi’ pun berkata, Ibnu Umar RA biasa mengeluarkan zakat satu atau dua hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Ada perbedaan pendapat mengenai pengeluaran zakat fitrah di waktu yang lebih awal, yaitu awal bulan Ramadan. Pendapat ini diyakini oleh imam mazhab, Abu Hanifah dan Syafi’i.
Besaran Zakat Fitrah
Besaran zakat fitrah yang bisa kamu keluarkan yaitu makanan yang biasa oleh penduduk setempat makan. Misalnya gandum, kurma, beras, jagung, dan makanan pokok lainnya. Banyaknya makanan pokok yang wajib kamu keluarkan untuk zakat fitrah yaitu satu sha’.
Menurut buku Fiqh Ibadah karya Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, satu sha’ menurut ijma’ setara dengan 4 mud. Empat mud setara dengan 3,5 liter atau 2,5 kilogram beras. Sebagaimana terkutip dalam buku Bunga Rampai Zakat dan Wakaf karya Sri Oftaviani. Menurut Abu Hanifah, zakat fitrah boleh menggantinya dalam bentuk uang asalkan setara dengan harga makanan pokok sebesar satu sha’.
Penerima Zakat Fitrah
Orang yang berhak menerima zakat fitrah sama dengan orang yang berhak menerima zakat pada umumnya. Golongan orang yang berhak menerima zakat terjelaskan dalam Al-Qur’an surah At Taubah ayat 60.
اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعٰمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغٰرِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil zakat, orang-orang yang melunak hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”