Minggu, 17 Agustus 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

2 Gangguan Mental yang Mirip dengan Kepribadian Joker

2 gangguan mental yang mirip dengan kepribadian Joker ini harus kamu waspadai. Cerita memaparkan perjalanan Arthur Fleck, seorang pelawak yang mengalami gangguan jiwa dan akhirnya bertransformasi menjadi seorang pembunuh kejam. Sebetulnya, Joker awalnya bukanlah sosok pembunuh seperti yang kita kenal sekarang. Arthur Fleck adalah seorang pelawak yang menikmati membuat orang tertawa dan membawa kebahagiaan, sementara juga menjadi anak yang taat pada orang tuanya. Namun, penghinaan dan perlakuan kasar yang diterimanya membawa perubahan drastis dalam dirinya, menjadikannya sosok yang kejam dan tanpa belas kasihan.

2 Gangguan Mental yang Mirip dengan Kepribadian Joker

1. Skizofrenia

Joker, sang pemeran utama, memiliki kepribadian yang terbilang unik. Kepribadian ini mirip dengan seorang pengidap skizofrenia, gangguan mental kronis yang berpengaruh terhadap cara orang tersebut bertindak, berekspresi, dan berpikir serta cara berinteraksi dengan orang lain.

Pengidap skizofrenia biasanya sering terjebak masalah, baik di lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, atau lingkungan kerjanya. Sederhananya, mereka yang mengalami skizofrenia mengalami kesulitan untuk membedakan mana kehidupan nyata dan mana yang tidak. Mereka bisa mengalami perubahan mendadak baik dalam perilaku maupun kepribadian ketika kehilangan kontak dengan alam nyata, yang disebut fase psikotik.

Skizofrenia bisa terjadi pada siapa saja. Namun, kelainan mental ini sering menyerang remaja atau dewasa awal. Sayangnya, gejalanya cukup sulit dikenali karena tidak adanya pemicu secara spesifik. Perubahan perilaku secara perlahan bisa dikenali sebagai tanda-tanda awal, misalnya perubahan pada nilai, sikap, dan kebiasaan sehari-harinya.

2. Pathological Laughter and Crying

Ternyata, tidak hanya satu, masih ada lagi masalah kejiwaan yang mirip dengan kepribadian sang badut yang berubah menjadi keji, yaitu keinginan untuk menangis dan tertawa secara tiba-tiba atau sering disebut Pathological Laughter and Crying. Ini tidak terjadi karena perubahan suasana hati, tetapi karena adanya masalah pada sistem saraf. Kondisi kesehatan ini sering disebut pseudobulbar affect atau emosi labil.

Pasalnya, pengidap tidak bisa mengendalikan tangis dan tawa. Hal tersebut terjadi secara berurutan dalam satu waktu. Apa yang menjadi penyebabnya belum bisa dipastikan, tetapi pemicunya dapat berupa tekanan psikis atau penyakit lain, seperti stroke, cedera pada otak, penyakit parkinson, penyakit alzheimer, hingga multiple sclerosis.

Sebenarnya, pengidap PLC punya emosi yang normal. Hanya saja, mereka terkadang mengekspresikannya secara berlebihan dan bukan pada waktunya. Mereka bisa saja tertawa atau menangis tiba-tiba dan tidak bisa menghentikannya. Terkadang, menangis dan tertawa bukan pada waktu dan tempat yang tepat dan terjadi perubahan suasana hati seperti marah-marah atau frustasi.

Lebih menakutkannya lagi, ekspresi wajah mereka yang mengidap PLC terkadang tidak sesuai dengan kondisi emosi yang mereka tunjukkan atau terlihat oleh orang lain. Biasanya, pengidap diberikan obat antidepresan atau mood stabilizer untuk mengendalikan emosi ingin tertawa atau menangis. Obat-obatan tersebut dapat membantu mengendalikan gejala yang muncul dengan tetap disertai dukungan dari orang di sekitar untuk meminimalkan stres psikis.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles