Bisakah gangguan pendengaran sembuh dan kembali normal? Jangan meremehkan masalah gangguan pendengaran. Menurut perkiraan WHO, sekitar 360 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan pendengaran pada tahun 2012. Kawasan Asia Tenggara disebut-sebut sebagai daerah dengan tingkat kasus gangguan pendengaran dan ketulian tertinggi.
Oleh karena itu, WHO telah meluncurkan program Sound Hearing 2030 dengan tujuan agar setiap individu dapat mencapai kesehatan telinga dan pendengaran optimal pada tahun 2030. Risiko gangguan pendengaran meningkat seiring bertambahnya usia, namun juga dapat terjadi pada usia lebih muda akibat paparan suara berlebihan, seperti mendengarkan musik terlalu keras melalui headset. Penting untuk diketahui bahwa telinga manusia dapat menanggung tingkat kebisingan hingga 79 desibel.
Gangguan pendengaran terjadi ketika sinyal suara tidak dapat mencapai otak. Meskipun kondisi ini biasanya berkembang secara perlahan, namun kadang-kadang dapat terjadi secara mendadak.
Bisakah Gangguan Pendengaran Sembuh?
Penyebab Gangguan Pendengaran
Pengobatan untuk gangguan pendengaran sangat bergantung pada faktor penyebabnya. Karena itu, kamu perlu tahu dulu apa saja yang bisa menjadi penyebab gangguan pendengaran. Berikut beberapa hal yang bisa memicu terjadinya gangguan pendengaran:
- Usia
Kebanyakan orang mulai mengalami gangguan pendengaran seiring bertambahnya usianya. Gangguan pendengaran yang terjadi akibat usia dikenal juga dengan nama presbikusis. - Suara yang keras
Mendengar suara yang sangat keras, baik yang terjadi secara tiba-tiba, seperti suara ledakan, ataupun mendengar suara yang tidak sekeras ledakan, tapi terjadi menahun, misalnya suara musik atau suara pesawat terbang, bisa menyebabkan gangguan pendengaran. - Kotoran atau infeksi
Kedua hal ini bisa menyumbat rongga telinga dan menyebabkan pendengaran terganggu. - Trauma
Misalnya, retaknya tulang telinga atau pecahnya gendang telinga. - Konsumsi obat-obatan tertentu
Obat-obatan seperti aspirin, antibiotik streptomycin, dan obat-obatan kemoterapi, contohnya cisplatin dan cyclophosphamide. - Penyakit
Gangguan pendengaran biasanya juga terjadi sebagai dampak dari adanya penyakit tertentu, seperti hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes yang bisa mengganggu aliran darah ke telinga.
Berdasarkan bagian telinga yang terganggu, gangguan pendengaran juga bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Gangguan Pendengaran (Tuli) Sensorineural
Kondisi ini terjadi akibat adanya kerusakan sel rambut sensitif di telinga bagian dalam atau kerusakan pada saraf pendengaran. Hal-hal yang bisa memicu terjadinya gangguan pendengaran sensorineural, di antaranya karena faktor keturunan, penuaan, cedera kepala, serangan stroke, obat-obatan, dan mendengar suara keras.
2. Gangguan Pendengaran Konduktif
Jenis gangguan pendengaran ini terjadi saat gelombang suara tidak bisa masuk ke telinga bagian dalam. Hal-hal yang bisa menyebabkan kondisi ini terjadi, di antaranya gendang telinga pecah atau berlubang, pembengkakan pada dinding atau disfungsi pada saluran atau tuba eustachius (saluran yang menghubungan rongga telinga dengan rongga hidung), kotoran telinga, infeksi, atau tumor jinak yang menyumbat, dan adanya benda asing di dalam telinga.
Pengobatan Gangguan Pendengaran
Nah, dengan mengetahui penyebab gangguan pendengaran, dokter bisa menyarankan tindakan pengobatan yang tepat. Untuk orang dengan gangguan pendengaran saraf yang bersifat keturunan, tindakan yang mungkin akan menyarankan penggunaan alat bantu dengar atau implan koklea yang menikuti proses rehabilitasi yang panjang. Namun, tindakan implan ini hanya melakukannya bila kondisi pengidap memungkinkan.
Bila gangguan pendengaran karena adanya penumpukan kotoran telinga, maka kotoran yang menyumbat telinga akan dibersihkan agar pendengarannya bisa pulih. Namun, bagi orang dengan infeksi telinga kronis yang mengalami telinga berair dengan tingkat keparahan ringan sampai sedang, maka pengobatannya tidak bisa sekadar membersihkan kotoran, melainkan menyarankan untuk melakukan operasi tympanoplasty. Tujuan utama operasi ini adalah untuk mengeringkan kondisi dalam telinga, sehingga bisa melakukan rekonstruksi untuk meningkatkan pendengarannya.
Namun, bila pengidap mengalami gangguan pendengaran berat atau sudah tuli sejak lahir, maka pengidap disarankan untuk mempelajari bahasa isyarat dan membaca bibir untuk mempermudah komunikasi dengan orang lain.