Sederet fakta serangan Israel di Rafah perlu untuk kamu ketahui agar tidak menutup mata mengenai peristiwa ini. Penjajahan dan genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina terus berlangsung. Baru-baru ini, pada Minggu (26/5/2024), Israel kembali melancarkan serangan udara brutal ke kamp pengungsian di Rafah yang disebut sebagai zona aman. Serangan tersebut menyebabkan kebakaran hebat di Rafah, menewaskan 45 warga sipil.
Menurut laporan dari CNN, mayoritas korban adalah perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia. Selain itu, 200 orang lainnya mengalami luka bakar parah. Ini bukan serangan pertama Israel di Rafah. Pada bulan Ramadan lalu, Israel juga menyerang Rafah, membuat para pengungsi harus melaksanakan ibadah tarawih di atas reruntuhan masjid. Namun, serangan kali ini jauh lebih brutal.
Serangan tersebut dilancarkan setelah Pengadilan Tinggi PBB pada Jumat (24/5/2024) memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militernya di Rafah. Tampaknya tidak menerima keputusan tersebut, Israel justru semakin gencar menyerang kota yang menjadi tempat mengungsi 1 juta warga Palestina.
Tindakan brutal ini mendapat kecaman dari para pemimpin dunia, khususnya di Eropa. Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares mengecam keras aksi kejam Israel terhadap Palestina. Melalui media sosial X, Macron menyatakan bahwa operasi tersebut harus dihentikan karena tidak ada wilayah aman di Rafah bagi warga sipil Palestina. Jose Manuel Albares juga menyampaikan pernyataan serupa, menyebut serangan Israel terhadap kamp pengungsi di Rafah sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.
“Serangan Israel terhadap kamp pengungsi di Rafah, yang menyebabkan puluhan warga Palestina menjadi korban, termasuk anak-anak, tidak dapat diterima,” tulis Albares di platform X. Ia juga menyerukan gencatan senjata segera dan penghormatan terhadap hukum internasional oleh semua pihak, sebagaimana terlaporkan oleh Anadolu.
Sederet Fakta Serangan Israel di Rafah yang Perlu Kamu Tahu
Israel Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Rafah

Dua hari setelah Mahkamah Internasional (ICJ) atau badan peradilan utama PBB memerintahkan Israel untuk menghentikan serangan militernya di Rafah, Pasukan Pendudukan Israel atau Israeli Occupation Forces (IOF) melancarkan serangan udara yang mengakibatkan kebakaran hebat di sebuah kamp pengungsi di daerah Tal as-Sultan, Rafah barat, sebagaimana yang dilansir dari Morocco World News.
Selain itu melansir dari Al Jazeera, menurut laporan saksi mata yang juga seorang penyintas, militer Israel telah membakar hidup-hidup para pengungsi di Rafah. “Pasukan Israel mengerahkan rudal selama serangan tersebut. Mereka membakar orang hidup-hidup. Mereka membakar seluruh blok di Tal as-Sultan” ucapnya.
Sementara itu, Mohammed al-Mughayyir, kepala tim Pertahanan Sipil Gaza, melaporkan bahwa timnya menanggapi panggilan darurat setelah serangan itu. “Kami menerima panggilan darurat setelah area di belakang Al Baraksat menjadi sasaran,” tutur Mohammed al-Mughayyir.
“Kami membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit untuk memadamkan api, dan kami mengeluarkan sejumlah mayat dan orang terluka. Sebagian besar jenazah hangus dan terbakar, sementara yang terluka kehilangan anggota tubuh dan menderita luka lainnya akibat penggunaan senjata yang berpotensi dilarang secara internasional yang menyebabkan kebakaran besar,” tambahnya.
Melancarkan Serangan Ketika Anak-anak sedang Berdoa Sebelum Tidur

Sesaat sebelum Israel melancarkan serangannya, anak-anak di pengungsian Rafah sedang berdoa ketika hendak tidur. Menurut laporan dari korban yang selamat para keluarga sedang bersiap untuk tidur ketika serangan menghantam lingkungan Tel Al-Sultan.
“Kami sedang berdoa dan kami menyiapkan tempat tidur anak-anak kami untuk tidur. Tidak ada yang aneh, kemudian kami mendengar suara yang sangat keras, dan api muncul di sekitar kami,” kata Umm Mohamed Al-Attar, seorang ibu Palestina di sebuah rumah sakit, sebagaimana yang dilansir dari Reuters.
“Semua anak mulai berteriak. Suaranya menakutkan. Kami merasa seperti ada logam yang akan menimpa kami, dan pecahan peluru berjatuhan ke dalam ruangan.”
Sementara itu, sebuah rekaman video yang diperoleh Reuters menunjukkan api berkobar dalam kegelapan dan orang-orang berteriak panik. Sekelompok pemuda mencoba menarik lembaran besi bergelombang dan selang dari sebuah truk pemadam kebakaran, kemudian mulai memadamkan api.
Mendapat Kecaman Keras dari Para Pemimpin Dunia

Israel mendapat kecaman keras dari para pemimpin dunia akibat serangan brutal yang ia lancarkan di Rafah. Melansir dari CNN, menurut seorang diplomat PBB, Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas serangan tersebut pada hari Selasa sore, pukul 15.30. Pertemuan tersebut diminta langsung oleh Aljazair.
Sementara itu, Sekjen PBB, Antònio Guterres, mengeluarkan kecaman keras, “Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Kengerian ini harus dihentikan.”
“Gambar-gambar dari tadi malam adalah bukti bagaimana Rafah telah berubah menjadi neraka di bumi,” kata Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
“Rafah tadi malam sangat mengerikan dan beberapa korban dilaporkan tewas terbakar,” lanjut Lazzarini.
Lebih lanjut, Doctors Without Borders (Médecins Sans Frontières), mengecam keras serangan tersebut dan menyerukan “gencatan senjata segera dan berkelanjutan” di Gaza. MSF mengatakan serangan udara di kamp tersebut menunjukkan pengabaian terhadap nyawa warga sipil. Manajer aktivitas perawat MSF, Gaia Giletta, mengatakan dari Gaza bahwa “Kami terkejut dengan serangan yang terus menerus terhadap warga sipil dan kami tidak dapat berkata-kata untuk menggambarkan kengerian yang kami lihat di sini.”
Bahkan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Martin Griffiths, juga mengkritik keras Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, karena menyebut serangan udara Israel yang mematikan pada hari Minggu di kamp Rafah sebagai “kesalahan yang tragis.”
“Apakah serangan itu merupakan kejahatan perang atau ‘kesalahan tragis’ bagi masyarakat Gaza, tidak ada perdebatan. Apa yang terjadi tadi malam adalah kekejian terbaru dan mungkin paling kejam,” kata Griffiths dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.
Ia juga mengatakan bahwa serangan tersebut benar-benar tidak dapat diterima dan menyebutnya sebagai “sebuah kesalahan” adalah sebuah pesan yang tidak berarti apa-apa bagi mereka yang sudah terbunuh, mereka yang berduka, dan mereka yang berusaha menyelamatkan nyawa.
Tidak hanya itu, beberapa organisasi bantuan global pun ikut menulis surat bersama pada hari Senin yang menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk menegakkan perintah Mahkamah Internasional (ICJ) agar Israel “segera menghentikan” serangan militernya di Rafah.
“Tindakan segera diperlukan untuk menegakkan hukum internasional dan memastikan pemerintah Israel memenuhi kewajibannya sebagaimana diamanatkan oleh ICJ,” tulis surat tersebut.
“Kami menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan tegas guna memastikan perintah ICJ dilaksanakan, memungkinkan bantuan kemanusiaan menjangkau mereka yang membutuhkan dan memungkinkan penyelidikan menyeluruh terhadap pelanggaran hukum internasional.
Dewan Keamanan harus bertindak sekarang untuk menegakkan keadilan, melindungi hak asasi manusia, dan menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Kegagalan untuk melakukan hal ini akan semakin membahayakan kondisi untuk mempertahankan kehidupan manusia di Gaza dan akan melemahkan kepercayaan global terhadap keutamaan hukum internasional.” Genosida yang Israel lakukan di Palestina sejak Oktober 2023 hingga sekarang telah menewaskan lebih dari 38.500 warga sipil.
Itulah sederet fakta serangan Israel di Rafah yang penting untuk kamu ketahui.