Alasan kamu gampang baper saat jawab pertanyaan dari keluarga besar di momen Lebaran ini menarik untuk kamu ketahui. Saat Lebaran, berkumpul bersama keluarga merupakan momen yang sangat ternantikan. Biasanya, momen berbagi cerita dan menikmati hidangan khas Idulfitri akan mengisi hari-hari kita selama perayaan ini. Kegembiraan ini hanya bisa terasa ketika Lebaran tiba.
Namun, dalam momen berkumpul tersebut, seringkali pertanyaan-pertanyaan khas muncul. Misalnya, bagi mereka yang masih berkuliah, pertanyaan tentang kapan akan lulus tidak bisa terhindarkan. Bagi yang telah memasuki usia 20-an, pertanyaan tentang rencana menikah, pekerjaan, bahkan soal memiliki anak, mungkin akan muncul.
Tidak hanya itu, pertanyaan-pertanyaan tersebut juga dapat melibatkan penilaian terhadap penampilan fisik seseorang. Seiring dengan itu, celetukan tentang berat badan, penampilan, dan lainnya mungkin juga akan terlontarkan.
Bagi beberapa orang, celetukan seperti ini mungkin bisa diterima dengan santai. Namun, bagi yang lain, hal tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan membuat mereka merasa insecure. Tapi, hal tersebut bukanlah suatu dosa besar. Sensitivitas seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, dan itu wajar.
Jika kamu merasa termasuk orang yang cenderung sensitif terhadap komentar atau pertanyaan semacam itu, jangan khawatir! Ada banyak faktor yang memengaruhi tingkat sensitivitas seseorang. Yuk, simak pembahasan selengkapnya menurut ahli dalam ulasan di bawah ini!
Alasan Kamu Gampang Baper Saat Jawab Pertanyaan Lebaran
Pengaruh Genetik
Penyebab pertama kamu jadi lebih sensitif, terutama saat menjawab pertanyaan orang lain adalah karena adanya pengaruh genetik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh The Conversation, diketahui bahwa genetik setidaknya menyumbang hingga 47%. Ini artinya, faktor genetik hampir setengah alasan kamu terlalu sensitif.
“Kami menemukan bahwa 47% perbedaan sensitivitas masyarakat memang disebabkan oleh faktor genetik. Dengan kata lain, genetika menyumbang hampir setengah dari alasan Anda menjadi orang yang lebih sensitif,” tulis The Conversation dalam penelitiannya.
Sementara itu, pernyataan lain tentang genetika sebagai salah satu penyebab seseorang menjadi terlalu sensitif juga dilontarkan oleh psikoterapis Amy Morin, melansir dari Well and Good.
“Genetika berperan dalam alasan mengapa beberapa orang lebih sensitif dibandingkan yang lain, namun lingkungan memainkan peran yang lebih besar,” ungkap psikoterapis Amy Morin.
Adanya Trauma Masa Kecil
Jika 47% penyebab seseorang terlalu sensitif adalah faktor genetik, maka 53% lainnya karena lingkungan. Setidaknya, itulah yang tertulis dalam penelitian yang The Conversation lakukan.
“Namun 53% (penyebab seseorang terlalu sensitif) sisanya tingkat kepekaan seseorang dibentuk oleh pengalaman hidup (lingkungan),” itulah yang tertulis dalam penelitian.
Hasil dari penelitian tersebut juga selaras dengan pernyataan psikoterapis Amy Morin. Beliau menyatakan bahwa salah satu dampak terbesar seseorang memiliki perasaan yang sangat sensitif adalah karena pengalaman masa kecil.
“Pengalaman masa kecil mungkin memiliki dampak terbesar pada seberapa sensitif seseorang,” terang Amy Morin seperti dikutip dari Well and Good.
Amy mengungkap bahwa pengalaman masa kecil memiliki dampak terbesar karena hal ini berkenaan dengan cara asuh, pengalaman di sekolah hingga bagaimana cara orang lain memperlakukannya.
Contoh sederhananya, misalnya jika seseorang besar di lingkungan keluarga yang penuh perhatian dan kasih sayang, maka kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi orang yang penuh perhatian dan kasih sayang.
Di sisi lain, jika seseorang tumbuh di kehidupan keluarga yang memiliki masalah utama dalam kepercayaan. Maka ia mungkin akan tumbuh menjadi orang yang sangat sensitif terhadap berbagai permasalahan di kehidupan.
It’s Okay, Menjadi Sensitif Tak Selalu Buruk
Jika mengakui terang-terangan soal ketidaknyamanan menjawab pertanyaan sensitif saat lebaran, mungkin akan ada yang menganggap kamu terlalu baper. Tapi percayalah, itu bukanlah hal buruk. Bahkan, para ahli pun mengakuinya sebagai kekuatan tersembunyi.
“Ada banyak kualitas positif pada orang yang sangat sensitif, yang umumnya sangat penyayang, peduli, mengasuh, dan berempati,” jelas Preston Ni, Seorang professor Komunikasi.
Pada akhirnya, menjadi terlalu sensitif bukanlah sebuah dosa besar. Kamu berhak menyatakan keberatan apabila memang ada pertanyaan lebaran yang mengganggumu. Tidak ada salahnya untuk jujur kepada penanya. Namun, tetap perhatikan untuk menyampaikannya dalam kalimat yang sopan ya.