Senin, 18 Agustus 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mengenal Istilah Sustainable Tourism yang Sedang Trending

Pada tanggal 5 September, sebuah kebakaran telah meluluhlantakkan kawasan Bukit Teletubbies seluas 500 hektar di Gunung Bromo. Kejadian ini mengakibatkan kerusakan ekosistem yang ada di Gunung Bromo, dan merupakan bencana yang signifikan.

Peristiwa ini memberikan dampak yang cukup berat bagi industri pariwisata di Indonesia, sekaligus menjadi pengingat penting akan pentingnya meningkatkan kesadaran tentang pariwisata berkelanjutan di kalangan wisatawan yang datang ke berbagai destinasi pariwisata.

Dalam konteks ini, Global Sustainable Tourism Council menggambarkan Pariwisata Berkelanjutan atau Sustainable Tourism sebagai praktik berkelanjutan yang diterapkan dalam industri pariwisata, yang memiliki tujuan untuk menjaga dan melestarikan sumber daya alam serta budaya di destinasi pariwisata.

Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata Berkelanjutan merupakan aspirasi untuk mengakui semua dampak pariwisata, baik positif maupun negatif. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif.

Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), keberlanjutan ini bisa tercipta dengan adanya kesadaran wisatawan untuk lebih bijak dalam berwisata.

Dalam situsnya, Kemenparekraf menjelaskan bahwa pengunjung suatu tempat wisata bisa mulai mematuhi aturan yang berlaku di kawasan dan destinasi yang dikunjungi, apalagi untuk destinasi khusus yang tidak bisa dikunjungi sembarang wisatawan.

Pasalnya, Indonesia punya beberapa kawasan yang sifatnya tertutup dan tidak terbuka untuk wisatawan. Biasanya, tempat tersebut merupakan kawasan konservasi atau hutan lindung.

Aturan yang ada dalam setiap tempat wisata memiliki alasan dan tujuan tertentu. Contohnya, kawasan konservasi difungsikan sebagai ‘rumah’ bagi beragam flora, fauna, serta habitat dan ekosistemnya. Hal ini diberlakukan untuk memastikan kawasan bisa terjaga dan terlindungi.

Pariwisata berkelanjutan ini adalah bentuk pengembangan konsep berwisata yang bisa memberi dampak jangka panjang, baik itu secara kelestarian lingkungan, budaya, sosial, hingga ekonomi bagi masyarakat.

Untuk bisa mengembangkan konsep ini, dibutuhkan kesadaran yang besar dari wisatawan. Bukan sekadar untuk menjaga kenyamanan, tetapi juga sebagai bentuk ‘ambil peran’ untuk ikut menjaga kelestarian sumber daya alam di kawasan konservasi.

Kepopuleran kawasan konservasi terlihat dari tingginya jumlah wisatawan. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan, sebanyak 5,29 juta wisatawan mengunjungi kawasan konservasi di Indonesia, dengan rincian 5,1 juta wisata nusantara dan 189.000 wisatawan mancanegara, per 2022.

Meski demikian, masih banyak wisatawan yang belum menyadari dan memahami pentingnya kawasan konservasi. Dampaknya, keberlangsungan ekosistem di sana masih terancam.

Untuk itu, wisatawan diminta untuk melakukan koordinasi dan izin dari pengelola, khususnya untuk mengetahui lebih lanjut aturan-aturan yang harus ditaati.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles