Seni tidak memiliki batas. Meskipun terkadang pola tertentu ditemukan, kreatifitas yang dihasilkan bersifat abstrak. Kiprah dunia seni dapat mencapai tingkat lokal dan internasional.
Tidak diragukan lagi bahwa beberapa sanggar seni di Buleleng sangat kreatif dan cepat. Beberapa sanggar seni memiliki nama besar karena perkembangan yang kompetitif dan kreatif. Marak Lestari adalah salah satu sanggar seni di Desa Bubunan, Kecamatan Seririt, Buleleng. Sanggar ini berdiri sejak tahun 2010. Bagus Suteja Yasa adalah penggagasnya.
Iklim sanggar ini begitu ketat. Setiap anggota dituntut untuk disiplin serta mematuhi jadwal latihan. Tak tanggung-tanggung kini anggota sanggar seni ini mencapai 500 orang. Tidak saja anggota dewasa, anggota yang masih anak-anak juga memiliki karakter yang kuat.
Iklim persaingan untuk memberikan yang terbaik tergambar pada setiap anggota. “Bukan bersaing untuk menang atau mengalahkan. Tapi bersaing untuk maju bersama, bisa bersama dan terlatih bersama,” ungkap Bagus Suteja belum lama ini.
Suteja yang lebih dikenal sebagai Ajik ini tidak pernah memaksa anggota stafnya untuk mencapai tujuan tertentu; sebaliknya, dia hanya menginginkan setiap anggota staf bertanggung jawab atas pekerjaan yang mereka lakukan.
Sanggar seninya telah berpartisipasi empat kali di Pesta Kesenian Bali (PKB) sejak berdiri tahun 2010. Ini termasuk PKB tahun 2023. Ajik menambahkan, “Sejauh ini kami terus digandeng dan dipercaya untuk membawakan tarian dan tabuh khas Buleleng.”
Anak-anak atau komunitas yang ingin berpartisipasi dalam sanggar ini juga tidak harus memiliki bakat tertentu. Akik menyatakan bahwa niat dan semangat untuk belajar lebih penting daripada kepintaran atau bakat. Selain itu, setiap anggota harus memiliki kemampuan untuk menahan diri dan menghabiskan waktu untuk latihan.
“Itu saja sudah cukup. Bahkan melalui sanggar ini banyak generasi muda yang beralih ke kegiatan yang lebih positif, dari semulanya minum-minum, balap liar dan sekarang ini sudah fokus pada kesenian,” terangnya.
Ajik berharap sanggar seni ini akan membantu generasi muda melestarikan seni dan budaya Bali. Mereka juga akan dapat ngayah saat upacara piodalan di pura di lingkungan mereka. Baik lantunan tetabuhan maupun tarian yang telah dipelajari di sanggar sebelumnya.
Sanggar Seni Pentas Marak Lestari akan menampilkan tujuh tarian dan dua tabuh khas Buleleng di PKB 2023. Tari-tari ini termasuk Tabuh Lelonggoran, Tabuh Kreasi Dor, Tari Kembang Deeng, Tari Palawakya Dauh Njung, Tari Bebek Putih Jambul, Tari Peteng Bulan, Tari Truna Jaya, Tari Magrumbungan, dan Tari Sura Wisesa. Dia menyatakan bahwa mereka akan menerima penghargaan Adi Sewaka Nugraha dari Gubernur Bali pada penutupan PKB.
Kedisiplinan sanggar seni ini juga membuahkan hasil membanggakan. Sederet prestasi pun telah diukir oleh sanggar tersebut, baik tingkat kabupaten, provinsi, nasional bahkan internasional. Tarian Sura Wisesa ciptaannya mendapat juara di ITB Bandung.
Tarian itu pun sering menjadi pementasan pada saat tamu kenegaraan hadir di Istana Negara. Tak hanya itu, prestasi dari luar negeri juga pernah diraih, diantaranya juara 1 pada Festival International of Art di Spanyol dan Italia.
Prestasi yang selama ini diraihnya tidak semata-mata didapatkan dengan mudah. Perlu kerja keras dan disiplin yang melatar belakangi hingga sampai saat ini. Suteja mengajarkan kedisiplinan tingkat tinggi kepada anak asuhnya mulai dari berpakaian hingga ketepatan waktu saat berlatih adalah salah satu dasar dibalik suksesnya sanggar tersebut.
“Kalau ada anggota kami yang pakaiannya tidak sesuai atau terlambat datang, maka saya akan suruh pulang. Ini adalah sebagai konsekuensi dalam mengejar kesuksesan nanti,” tegasnya.