Pulau Jawa dan Bali, meskipun secara geografis berdekatan dan bahkan memiliki jarak yang hampir sama seperti antara Jawa dan Madura, belum memiliki jembatan yang menghubungkan keduanya. Padahal, pembangunan jembatan seperti Suramadu yang menghubungkan Jawa dengan Pulau Madura, memiliki nilai ekonomi dan aksesibilitas yang tinggi.
Namun, meski jarak antara Pulau Jawa dan Bali hanya sekitar 5 kilometer, proyek pembangunan jembatan antara keduanya belum terealisasi hingga saat ini. Banyak faktor yang mempengaruhi situasi ini, salah satunya terkait dengan mitologi Hindu Bali yang memiliki pandangan khusus terhadap penghubung darat antara pulau-pulau.
Pembangunan jembatan Jawa-Bali pertama kali digagas pada tahun 1960 oleh guru besar dari ITB, Sedyatmo. Konsep proyek ini dinamai Tri Nusa BimaÂsakti, yang mengandung makna penghubungan tiga pulau: Sumatera, Jawa, dan Bali. Jembatan Selat Bali dipastikan lebih tinggi dari daratan dan perairan, hal ini untuk mengantisipasi dampak dari tingginya ombak selat.
Pada 2016, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Jembrana I Komang Arsana menolak usulan pembangunan jembatan. Menurutnya, dilihat dari sejarah Pulau Bali, yang mana dalam mitologi Dang Hyang Sidimantra sengaja memutus Pulau Bali dengan Pulau Jawa.
Dari mitologi Hindu yang telah masuk dalam sejarah Bali itu, secara sekala dan niskala, Bali dengan Jawa sejak awal memang harus dibatasi laut yang merupakan salah satu filter sehingga hal-hal negatif dan pengaruh buruk dari luar Bali menjadi lebih mudah diawasi.
” Pembangunan jembatan Jawa-Bali akan sangat berpengaruh pada tatanan sosial budaya masyarakat. Akan ada pergeseran-pergeseran nilai di Bali,” ujar I Komang Arsana, dilansir dari merdeka.com.
Bupati Banyuwangi saat itu, Abdullah Azwar Anas kembali menggaungkan ide pembangunan jembatan. Usulan tersebut dituangkan Anas usai rapat koordinasi di Pelabuhan ASDP Ketapang, Banyuwangi.
Sementara itu, Ketua Wadah Antar Lembaga Umat Buddha Indonesia (Walubi) Kabupaten Jembrana saat itu, I Ketut Sujono juga menyampaikan sikap yang sama seperti Arsana. ” Lagi pula pembangunan jembatan tersebut tidak menjamin masyarakat Bali maupun Jawa lebih sejahtera,” ujarnya.
Terbaru, muncul juga isu rencana pembangunan tol kaca bawah laut yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali. Gubernur Bali Wayan Koster menolak kerasa adanya kabar itu. Penolakan Koster karena beredarnya di media sosial TikTok, sebuah video yang memperlihatkan desain tol bawah laut sepanjang dua kilometer yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali.
” Saya sudah cek ternyata itu bikinannya Kementerian,” kata Koster.
Selain itu, Koster juga menegaskan penolakan pembangunan jembatan yang menyambungkan Jawa dan Bali.
” Saya belum tahu. Tapi kalau jembatan Jawa-Bali tidak. Saya tolak. Cukup dengan kapal, alam menciptakan itu pakai kapal kalau tidak kapalnya tidak jalan. Tidak ada (jembatan),” ujarnya.